Liputan6.com, Jakarta Awan cumulonimbus berbentuk gelombang tsunami muncul di langit Kota Makassar bertepatan dengan hari pertama tahun 2019. Foto-foto awan tsunami tersebut pertama kali diunggah akun media sosial Instagram @makassar_iinfo. Menurut informasi di dalam unggahan tersebut, foto diambil di Bandar Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Sekalan. Sontak foto dan video tersebut langsung mengundang komentar warganet.
Menanggapi fenomena awan tsunami tersebut, Rahmat, Forecaster on Duty Stasiun Meteorologi Raden Inten saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (1/1/2019) mengatakan, bentuk awan tersebut sangat lazim terjadi.
Advertisement
Baca Juga
"Itu awan kombinasi dari berbagai awan, awan cumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi," ungkap Rahmat.
Namun demikian, Rahmat menjelaskan, awan ini membawa potensi hujan lebat yang disertai angin kencang.
Bentuk awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami ini juga pernah terjadi di beberapa negara, salah satunya di Sydney, Australia pada 2015. Awan tsunami tersebut diabadikan fotografer Reuters di Pantai Bondi. Meski bentuknya menyeramkan, namun awan ini dianggap tidak berbahaya lantaran hanya fenomena yang terjadi karena udara lembab bercampur dengan angin yang dingin.
"Kami sendiri belum menemukan literatur tentang awan berkaitan dengan gempa," ungkap Rahmat menambahkan.
Awan Cumulonimbus Mirip Gelombang Tsunami Tak Ganggu Aktivitas Penerbangan
Awan cumulonimbus tebal menyerupai gelombang tsunami menghiasi langit di kawasan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar,Sulsel, Selasa (1/1/2019).
Muhammad Fajrin, seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulsel mengatakan fenomena awan unik tersebut berlangsung selama 15 menit.
"Awalnya muncul dari pukul 08.00 wita. Yah kurang lebih 15 menit berlangsungnya," kata Fajrin via pesan singkat.
Kemunculan fenomena bentuk awan tersebut, lanjut Fajrin, tak hanya menggegerkan masyarakat pengguna jasa Bandara, melainkan para petugas Bandara pun tertarik untuk mengabadikan momen langkah di awal tahun 2019 itu.
"Awalnya hanya mendung biasa dan cuacanya gelap sekali. Tidak lama berselang, angin cukup kencang dan terbentuk awan ombak yang jalan, itu terjadi sekitar 10 sampai 15 menit sebelum awannya terbongkar," jelas Fajrin.
Fenomena bentuk awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami itu, kata dia, hanya menghasilkan hujan gerimis.
"Saya melihat proses terjadinya awan membentuk ombak itu karena dorongan angin," tutur Fajrin.
General Operasi AirNav Kantor Cabang MATSC, Davitson Aritonang mengatakan jika fenomena awan itu tidak menganggu penerbangan di atas wilayah pengaturannya.
"Sampai saat ini, kami tidak mendengarkan laporan gangguan penerbangan, jadi aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin normal," ucap Davitson.
Terpisah, Dwi Lestari Sanur, prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar menjelaskan bahwa fenomena awan yang menyerupai gelombang tsunami tersebut merupakan peristiwa alam yang dikenal dengan nama cell awan cumulonimbus.
Cell awan cumulonimbus yang cukup besar, kata Dwi, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir juga angin kencang.
"Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa hingga 1-2 jam," kata Dwi via pesan singkat.
Menurutnya, dari hasil prakiraan BMKG, fenomena bentuk awan yang menyerupai gelombang ombak tinggi tersebut, saat ini pertumbuhannya juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulsel.
"Khususnya pesisir barat dan selatan," Dwi menandaskan
Advertisement
Fakta Awan Cumulonimbus Bentuk Gelombang Tsunami di Langit Makassar
Foto-foto awan cumulonimbus berbentuk tsunami tersebut pertama kali diunggah akun media sosial Instagram @makassar_iinfo. Foto dan video yang diunggah tersebut langsung mengundang komentar peselancar dunia maya.
Seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Muhammad Fajrin mengatakan, fenomena awan unik tersebut berlangsung selama 15 menit.
"Awalnya muncul dari pukul 08.00 wita. Yah kurang lebih 15 menit berlangsungnya," kata Fajrin via pesan singkat.
Berikut fakta awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami dihimpun Liputan6.com, Kamis (3/1/2019).
1. Mendung dan Cuaca Gelap
Menurut seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Muhammad Fajrin, kemunculan fenomena bentuk awan tersebut, tak hanya menggegerkan masyarakat pengguna jasa Bandara, melainkan para petugas Bandara pun tertarik untuk mengabadikan momen langkah di awal tahun 2019 itu.
"Awalnya hanya mendung biasa dan cuacanya gelap sekali. Tidak lama berselang, angin cukup kencang dan terbentuk awan ombak yang jalan, itu terjadi sekitar 10 sampai 15 menit sebelum awannya terbongkar," kata Fajrin.
Fenomena awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami itu, kata dia, hanya menghasilkan hujan gerimis.
"Saya melihat proses terjadinya awan membentuk ombak itu karena dorongan angin," tutur Fajrin.
2. Awan Cumulonimbus Berlangsung 15 Menit
Muhammad Fajrin, seorang petugas salah satu maskapai penerbangan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan mengatakan, fenomena awan unik tersebut berlangsung selama 15 menit.
"Awalnya muncul dari pukul 08.00 Wita. Yah kurang lebih 15 menit berlangsungnya," kata Fajrin via pesan singkat.
3. Peristiwa Alam
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Dwi Lestari Sanur menjelaskan, fenomena awan yang menyerupai gelombang tsunami di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar tersebut merupakan peristiwa alam yang dikenal dengan nama cell awan cumulonimbus.
Cell awan cumulonimbus yang cukup besar, kata Dwi, biasanya menimbulkan hujan deras disertai kilat atau petir juga angin kencang.
"Untuk periode luruhnya awan tersebut tergantung besarnya bisa hingga 1-2 jam," kata Dwi via pesan singkat.
Menurutnya, dari hasil prakiraan BMKG, fenomena bentuk awan yang menyerupai gelombang ombak tinggi tersebut, saat ini pertumbuhannya juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Sulsel.
"Khususnya pesisir barat dan selatan," Dwi menandaskan.
4. Lazim Terjadi
Menanggapi awan cumulonimbus berbentuk tsunami tersebut, Forecaster on Duty Stasiun Meteorologi Raden Inten, Rahmat, saat dihubungi Liputan6.com mengatakan, bentuk awan tersebut sangat lazim terjadi.
"Itu awan kombinasi dari berbagai awan, awan cumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi," ungkap Rahmat.
Namun demikian, Rahmat menjelaskan, awan ini membawa potensi hujan lebat yang disertai angin kencang.
Bentuk awan cumulonimbus yang menyerupai gelombang tsunami ini juga pernah terjadi di beberapa negara, salah satunya di Sydney, Australia pada 2015. Awan tsunami tersebut diabadikan fotografer Reuters di Pantai Bondi.
Meski bentuknya menyeramkan, namun awan ini dianggap tidak berbahaya lantaran hanya fenomena yang terjadi karena udara lembab bercampur dengan angin yang dingin.
"Kami sendiri belum menemukan literatur tentang awan berkaitan dengan gempa," ungkap Rahmat menambahkan.