Hanya Dua Persen TKA yang Bekerja di Proyek PLTU Lontar

Secara tidak langsung, proyek ini memberi dampak positif bagi pekerja di seluruh Indonesia.

oleh stella maris diperbarui 30 Mar 2019, 11:17 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2019, 11:17 WIB
PT PLN
Direktur Regional Jawa Bagian Barat Haryanto WS menjelaskan tentang PLTU Lontar Unit 4.

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Lontar Unit 4 berasil dengan menyerap dua ribu tenaga kerja lokal. Hanya dua persen dari jumlah tersebut yang mempekerjakan tenaga kerja asing. 

Direktur Regional Jawa Bagian Barat Haryanto WS menjelaskan, dari dua ribu tenaga lokal, pekerja asing hanya berjumlah 41 orang. Hal itu tentu meningkatkan nilai proyek pembangunan daerah. 

"Jumlah tenaga kerja ini akan terus meningkat pada 2019 sejalan dengan pencapaian progresnya. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi multiplier effect secara langsung untuk wilayah Banten dan sekitar," katanya.

 

PT PLN
Konferensi Pers mengenai progres pembangunan PLTU Lontar Uni 4.

Menurut pantauan Liputan6.com, pekerja asing yang terlihat di proyek PLTU Lontar berasal dari Black & Veatch International Company, salah satu dari anggota konsorsium proyek. Itu pun yang terlihat adalah tenaga ahli.

Proyek senilai Rp1,43 triliun ini memiliki konsorsium yang terdiri atas Black & Veatch International Company Sumitomo Corporation, dan PT Satyamitra Surya Perkasa. Proyek rencananya rampung pada September mendatang.

"Proyek PLTU Lontar Extension ini berbahan bakar batubara jenis low rank coal (LRC). Proyek PLTU Lontar Extension ini dibangun di lokasi pembangkit PLTU 3 Banten existing, dengan progress 87,68 persen. PLTU ini direncanakan akan mulai beroperasi pada September 2019," jelas Haryanto.

 

PT PLN
PLTU Lontar Unit 4 yang akan beroperasi pada September 2019.

Secara keseluruhan, program 35.000 MW ini memberikan dampak ekonomi yang besar dan memberikan peluang kepada 620 ribu tenaga kerja secara langsung dan tiga juta tenaga kerja, secara tidak langsung di seluruh Indonesia.

Sebaran lokasinya adalah 59 lokasi di Sumatera, 34 lokasi di Pulau Jawa, 49 lokasi di Sulawesi, Kalimantan 34 lokasi dan Indonesia Timur 34 lokasi.

Program ini telah membuka peluang bagi pembangunan 75 ribu set tower, memanfaatkan 300 ribu kilometer konduktor aluminium, membangun 1.382 unit gardu induk. Termasuk menggunakan 2.600 set trafo dan menyerap 3,5 juta ton baja profil dan pipa bukan pembangkit.

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya