Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, petugas pos menyampaikan sepucuk surat kepada remaja putri bernama Kristiani Herawati. Nyaris di ujung kertas, si pengirim menorehkan namanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Surat itu ternyata berisi sebuah puisi berjudul 'Flamboyan'. Itulah sepenggal kenangan Ani Yudhoyono ketika menjalin kasih dengan SBY 40 tahun silam.
Baca Juga
"Flamboyan telah pergi, namun akan hidup pada rakyat Indonesia yang mencintainya," ujar Presiden Jokowi saat menjadi Inspektur Upacara pemakaman Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Minggu 2 Juni 2019.
Advertisement
Ani Yudhoyono mengembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu 1 Juni 2019 pukul 11.50 waktu Singapura. Sejak Februari 2019, Ibu Negara ke-6 RI itu dirawat di National University Hospital, Singapura, karena mengidap blood cancer atau kanker darah.
"Selama 4 bulan keluarga mendampingi setiap hari, siang dan malam, Bu Ani tahu sakitnya sangat ganas, agresif. Bu Ani bilang, 'saya pasrah tapi tidak akan pernah menyerah, never give up'," ungkap SBY.
Oleh karena itulah, sambung SBY, pada 31 Mei sebenarnya kondisi Ani Yudhoyono sudah sangat drop. Tetapi Ani Yudhoyono memilih berusaha untuk bertahan selama 24 jam.
"Waktu itu saya sadari hanya mukzizat-Mu yang bisa mengubah keadaan. Ternyata Allah mengambil keputusan lain, saya yakin itu keputusan yang terbaik," kata SBY.
Ibu dari Agus Harimurti Yudhoyono dan Edi Baskoro Yudhoyono itu dikebumikan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, sekitar pukul 14.58 WIB. Dia dimakamkan secara militer di dekat pusara Ibu Negara ketiga, Ainun Habibie.
Dalam upacara tersebut, riwayat singkat Ani Yudhoyono turut dipaparkan. Termasuk juga penghargaan yang diterimanya semasa hidup.
"Saya Presiden RI atas nama negara, bangsa, dan tentara Republik Indonesia dengan ini mempersembahkan kepada persada Ibu Pertiwi jiwa raga dan almarhumah nama Kristiani Herawati, jabatan ibu negara keenam, putri Sarwo Edi Wibowo yang telah meninggal dunia pada Sabtu 1 Juni 2019 pukul 11.50 waktu Singapura karena sakit," ujar Jokowi.
"Semoga jalan dan darma bakti yang ditempuhnya menjadi suri teladan, dan arwahnya mendapat tempat semestinya di alam baka, inspektur upacara Presiden Jokowi," Jokowi mengakhiri.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Cerita SBY saat Detik-Detik Terakhir Temani Ani Yudhoyono
SBY bercerita bagaimana Ani Yudhoyono berjuang melawan kanker di detik-detik terakhir sebelum meninggal dunia.
Saat itu Ani dalam keadaan tak sadar diri dan pengaruh obat membuatnya tidak bisa mendengar.
Namun, saat SBY membisikkan kata, Ani membalas dengan air mata seolah ia mendengar semua perkataan SBY dan keluarga.
"Dokter katakan karena itu sengaja ditidurkam oleh obat bius secara logika tidak dengar, tapi semua yang kami sampaikan, Ibu Ani menitikkan air mata, berarti Ibu Ani mendengar apa yang dibisikkan kami. Dan lihat itu saya ambil kertas tisu saya bersihkan, saya hilangkan air mata yang menggenang, tapi air mata saya juga menetes, saya menyatukan air mata itu," kata SBY.
Dengan bersatunya air mata SBY yang jatuh dengan air mata Ani, SBY ikhlas dengan kepergian Ani.
"Saya minta ke Tuhan, inilah bersatu air mata kami, air mata cinta sayang semoga ini bermanfaat bagi pengambilan keputusan-Mu Ya Allah," kata SBY.
SBY mengatakan hal tersebut terjadi sebelum Ani mengembuskan napas terakhir. Kemudian Ani mengembuskan napas terakhirnya dengan tenang di depan SBY dan seluruh keluarganya.
"Beberapa saat kemudian Ibu Ani dengan sangat tenang, tidak ada goncangan menghembuskan napas terakhir," ungkap SBY.
Advertisement
Penjaga Persaudaraan Lintas Identitas
SBY menyebut Ani Yudhoyono merupakan sosok yang sangat mencintai keluarga, sahabat, dan masyarakat Indonesia.
"Saya yakin bapak ibu dan para sahabat mengenal Ibu Ani, mungkin juga menyanginya, saya sebagai saksi Ibu Ani sangat sayang kepada saudara se-Indonesia apapun identitas, agama, etnis, daerah," ujar SBY.
Menurut SBY, selama 10 tahun Ani Yudhoyono mendampinginya menjadi orang nomor satu pada 2004-2014, Ani tak pernah memperlakukan seseorang secara berbeda.
"Ibu Ani menjaga persaudaraannya lintas identitas, saya menyaksikan dan mengetahui bahwa empat bulan ketika Bu Ani dirawat dengan penyakit kanker darah dengan kategori yang sangat ganas, banyak yang mendoakan Ibu Ani di Masjid, Gereja, Klenteng, Wihara dan rumah ibadah lain," kata SBY.
Melihat begitu sayangnya rakyat Indonesia terhadap dirinya, menurut SBY, Ani Yudhoyono meneteskan air mata.
"Ibu Ani sealu meneteskan air matanya melihat didoakan oleh rakyat Indoneisia, saya keluarga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia," kata SBY.
SBY pun menyampaikan keinginan istrinya sebelum akhirnya berpulang.
"Ibu Ani ingin pulang bersama anak cucu, menyampaikan 'saya ingin kembali bertemu dengan saudara-saudara di Indonesia, bebas dari politik', tapi sekali lagi, Allah tidak izinkan," ujar SBY.
Oleh karena itu, lanjut SBY, pihak keluarga ingin meneruskan cita-cita Ani Yudhoyono yang sederhana.
"Kami hanya seorang manusia biasa. Dengan segala kelebihan dan kekurangan, berbaik sangka kepada yang lain, sering kali dituding, difitnah, Ibu Ani tetap tersenyum," ucap dia.
SBY pun mengucapkan terima kasih dan memohon doa agar Ani Yudhoyono diterima di sisi Allah, serta agar keluarga diberikan keikhlasan.