BMKG: Gempa Bantul Magnitudo 5,1 Bersumber dari Zona Megathrust

Berdasarkan catatan sejarah gempa, di sekitar pusat gempa Bantul saat ini pada masa lalu pernah menjadi sumber gempa kuat.

oleh Muhammad Ali diperbarui 11 Agu 2019, 05:27 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2019, 05:27 WIB
20151111-Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bermagnitudo 5,1 mengguncang zona Selatan Jawa, wilayah Bantul, Yogyakarta. Lindu yang terjadi pada pukul 20.26 WIB itu terletak pada koordinat 8,88 LS dan 110,06 BT, atau tepatnya di laut pada jarak 113 km arah selatan Kota Wates pada kedalaman 71 km.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa Bantul ini merupakan gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antar Lempeng indo-Australia dan Lempeng Eurasia di zona megathrust.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan pergerakan naik (thrust fault)," ujar dia, Jakarta, Sabtu (10/8/2019).

Dampak gempa ini menimbulkan guncangan yang dirasakan di Sanden Bantul, Kota Yogyakarta, Giri Mulyo, Maguwoharjo Sleman dengan intensitas guncangan II-III MMI (getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).

Selain itu, juga di Pacitan, Purworejo, Semarang, Klaten, Wonogiri, Kebumen, Cilacap, dan Ponorogo dengan intensitas guncangan II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda yang digantung bergoyang).

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan akibat gempa Bantul tersebut," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pernah Terjadi Gempa Dahsyat

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Daryono menyebut, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 20.54 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).

Ia membeberkan, bahwa berdasarkan catatan sejarah gempa, di sekitar pusat gempa saat ini pada masa lalu pernah menjadi sumber gempa kuat.

"Seperti gempa pada 1943 (M 8.1) yang menelan korban meninggal 213 orang, merusak lebih dari 15.000 rumah di Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta gempa 1957 (M 6,4), 2001 (M 6,2), dan 2004 (M 6,3) yang menimbulkan kerusakan ringan di Yogyakarta dan sekitarnya," jelas Daryono.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya