Cerita Pilu Pencari Suaka di Eks Gedung Kodim Kalideres

Di gedung yang berdebu itu, Ali tinggal bersama ratusan pengungsi lain. Udaranya pengap. Panas kalau siang terik ala negara iklim tropis.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Sep 2019, 20:06 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 20:06 WIB
Lewati Batas Waktu, Pencari Suaka Masih Bertahan di Kalideres
Sejumlah tenda para pencari suaka masih terlihat di halaman gedung bekas Markas Kodim, Kalideres, Jakarta, Selasa (3/9/2019). Pemprov DKI Jakarta memberikan batas waktu hingga 31 Agustus 2019, namun masih banyak pencari suaka memilih bertahan di gedung itu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

 

Liputan6.com, Jakarta - Ali bersama kawan-kawannya tengah menyeruput kopi di warung belakang eks kodim Kalideres, Jakarta Barat. Warung itu jadi tempat pencari suaka berkumpul kalau tidak sedang berada di gedung bekas kodim. Suasana dalam gedung tengah dijaga ketat lantaran adanya sosialisasi kepindahan ke tempat baru.

Ada lima orang yang tengah bersama Ali. Namun karena gagap bahasa, mereka menyodorkan Ali untuk wawancara. Tiba-tiba suasananya cukup canggung, sebab Ali sendiri cukup terbata-bata berbahasa Inggris.

Ali dan teman-temannya merupakan pencari suaka asal Timur Tengah. Ia yang berasal dari Afganistan sudah enam tahun menjadi pencari suaka di Indonesia. Dia menjadi pengungsi karena negaranya berkecamuk perang.

"Saya pergi karena negara dilanda perang," kata Ali berbincang dengan merdeka.com, Rabu (4/8/2019).

Nasib Ali terbilang mujur. Dia datang ke Indonesia karena diboyong UNHCR. Sebuah lembaga PBB yang membantu pengungsi di seluruh dunia. Dia mendaftar sebagai seorang pengungsi. Sementara, ada temannya yang datang ke Indonesia dengan kapal.

Namun, hidupnya tidak lebih baik selama di penampungan. Ali mengatakan, sudah dua bulan tinggal di gedung eks kodim Kalideres. Apakah bakal pindah lagi, Ali menyerahkan sepenuhnya kepada UNHCR.

Di gedung yang berdebu itu, Ali tinggal bersama ratusan pengungsi lain. Udaranya pengap. Panas kalau siang terik ala negara iklim tropis. Gelap dan banyak diserang nyamuk saat berusaha tidur di malam hari.

Hidupnya selama di penampungan, Ali berkata, hanya makan dan tidur saja. Tidak bisa bekerja dan tidak ada aktivitas lainnya. Kalau pagi, Ali dan kawannya ngopi di warung itu.

Ali juga mengatakan sulit untuk mendapatkan air. Terutama untuk mandi. Dia biasanya meminta air ke minimarket terdekat, atau berjalan agak jauh ke terminal Kalideres.

"Kalau cari air ke terminal, ke Alfamart," ucapnya.

Dia mengaku, terkadang warga di Kalideres memberikan bantuan. Sementara, untuk makan sehari-hari pihak pemerintah daerah yang memberikan makan sehari dua kali. Namun, Ali menilai bantuan makanan yang diberikan tidak cukup.

"Porsinya kecil, kami biasanya makan dalam porsi yang besar," jelasnya.

Pagi ini, ramai pencari suaka bakal dipindahkan ke tempat baru. Mereka akan pindah ke Asem Baris, Tebet, hingga Cisarua, Bogor. Kurang lebih ada 800 orang yang akan dipindahkan termasuk Ali.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tolak Pindah ke Penampungan

Lewati Batas Waktu, Pencari Suaka Masih Bertahan di Kalideres
Aktivitas para pencari suaka yang masih bertahan di gedung bekas Markas Kodim, Kalideres, Jakarta, Selasa (3/9/2019). Pemprov DKI Jakarta memberikan batas waktu hingga 31 Agustus 2019, namun masih banyak pencari suaka memilih bertahan di gedung itu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Namun, Ali menolak untuk pindah ke penampungan lain. Alasannya, dia merasa dibohongi oleh pihak UNHCR. Sebab, yang akan pindah dari penampungan diimingi uang Rp 1 juta tiap bulannya. Kata Ali, sedianya yang diberikan hanya satu kali. Tidak dalam enam bulan ke depan. Uang tersebut pun dirasa tidak cukup.

Sebetulnya, Ali dan kawan-kawan hanya hidup sementara di Indonesia. Ali mengatakan, UNHCR akan memindahkan dia lagi ke negara lain. Seperti Amerika, Kanada, atau Australia. Namun, nasibnya tidak jelas karena pihak UNHCR masih mengurus sesuatu tiap pengungsi sebelum pindah.

"Kemanapun kami tidak bisa memilih, kami tidak punya pilihan lain," ucapnya.

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya