Liputan6.com, Jakarta - Pelaku yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan bisa dilihat dari siapa saja yang menanami lahan pada musim hujan.
"Lokasi yang terbakar secara sistematis dan luas itu nanti di bulan 11 atau 12, lihat siapa yang menanam di situ dan apa yang ditanam, nanti pasti ketahuan," ujar Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead di Jakarta Pusat pada Jumat 13 September 2019 seperti dilansir Antara.
Baca Juga
Menurut dia, faktor manusia masih menjadi penyebab banyaknya lahan gambut terbakar di beberapa daerah di Indonesia. Padahal, untuk memulihkannya, butuh waktu bertahun-tahun.
Advertisement
"Area yang sudah atau sedang dipulihkan butuh waktu bertahun-tahun sampai antiterbakar. Sementara kalau ada yang membakar tetap bisa terjadi," kata Nazir soal akibat kebakaran hutan dan lahan.
Menurut dia, titik api di dekat infrastruktur pembasahan gambut (IPG) mengalami penurunan pada tahun ini. Di area radius 0-1 kilometer dari IPG hanya terdapat sekitar 2,4 persen sedangkan pada radius 1-2 kilometer titik api berada di angka sekitar 5,6 persen.
Oleh karena itu, lanjut dia, IPG harus ditambah di lahan-lahan gambut sebagai bentuk antisipasi teknis akan kebakaran hutan dan lahan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kata Wiranto
Faktor manusia sebagai penyebab karhutla juga digaungkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.
Dalam Rapat Koordinasi Khusus Tingkat Menteri yang membahas pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada Jumat, dia menyebutkan kebakaran hutan bersifat alami hanya satu persen, sedangkan sisanya perbuatan manusia.
"Memang bisa datang dari para peladang yang secara tradisional turun menurun melakukan pembakaran hutan jelang musim hujan," kata Wiranto.
Namun, Wiranto juga tidak mengesampingkan ulah korporasi yang sebenarnya bisa dikurangi, terutama dengan penerapan hukum yang tegas.
Advertisement