Liputan6.com, Jakarta - Direktur Kebijakan dan Advokasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Aditya Bayunanda, menilai habitat satwa dilindungi tengah terancam akibat kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.
"Ancaman terbesar untuk spesies, baik gajah, harimau, orang utan, itu kematian. Bukan karena perburuan, tapi karena hilangnya habitat," kata Aditya di Kantor Pusat WWF Indonesia di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2019).
Baca Juga
Kehilangan habitat, lanjut Aditya, memaksa para satwa bersinggungan dengan manusia. Aditya mengatakan, solusi dihadirkan tidak bisa langsung dengan evakuasi atau memindahkan mereka ke lingkungan yang bukan aslinya.
Advertisement
"Maka mau tidak mau dia (satwa) akan lari (mencari) di mana pakan itu masih ada, tak menutup kemungkinan, mereka akan mencari pakan ke wilayah yang menjadi tempat tinggal manusia di sana dia akan dianggap sebagai hama karena mengambil makanan dari perkebunan manusia," jelas Aditya.
Celakanya, tak jarang WWF menemukan insiden meracun binatang kala terjadi eksodus satwa ke pemukiman warga.
"Jadi banyak sekali kasus gajah itu meninggal karena diracun," kenangnya sedih.
Menurut catatan WWF Indonesia, upaya pemadaman telah dilakukan pemerintah bersama pihak terkait. Lewat sistem monitoring rekapitulasi Karhutla di tahun 2019 mencapai 328,722 ha dan dikhawatirkan bisa sama dengan tahun sebelumnya yang meluas sampai 510,564.21 ha jika tak ada dukungan penanganan yang baik.
"Penyebabnya kompleks, tak hanya cuaca dan kondisi alam, lemahnya pengawasan juga ulah manusia baik korporasi/individu, alasan paling dominan adalah mencari keuntungan komersil lewat praktik pembukaan lahan dengan metode mudah murah," Aditya menandasi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dampak Kesehatan
Palangkaraya Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menyebabkan lebih dari 2.000 warga Kalimantan Tengah menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berdasarkan data Posko Satgas Siaga Darurat Karhutla Wilayah Kalimantan Tengah pada Senin (16/9/2019), sebanyak 2.637 jiwa menderita ISPA.
Satuan Tugas Perawatan dan Pelayanan Kesehatan pun terus memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita ISPA. Penderita ISPA terbanyak tercatat di Kota Palangkaraya dengan 829 jiwa.
Pelaksana Harian Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo melaporkan, wilayah Kalteng lain yang tercatat penderita ISPA meliputi Kotawaringin Timur 513 jiwa, Murung Raya 394 jiwa, Barito Utara 227 jiwa, Kapuas 161 jiwa, dan Kotawaringin Barat 147 jiwa.
"Untuk wilayah seperti Barito Timur, Barito Selatan, Gunung Mas, Katingan, Lamandau, Pulang Pisau, dan Sukamara, penderita ISPA-nya kurang dari 100 jiwa," ujar Agus sesuai keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (17/9/2019).
Advertisement