Aksi Malam Renungan dan Doa untuk 5 Korban Meninggal Demo DPR

Perwakilan dari WALHI, Khalisah Khalid berharap, demokrasi Indonesia berjalan baik ke depannya dan tak ada lagi kekerasan.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 11 Okt 2019, 23:04 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2019, 23:04 WIB
Malam Renungan dan Doa Bersama
Para Pegawai KPK dan Pegiat Antikorupsi Menggelar Malam Renungan dan Doa Bersama Untuk Lima Korban Meninggal Dunia Saat Demonstrasi Menolak Revisi UU KPK dan RKUHP, Jumat (11/10/2019). (Foto: Fachrur Rozie/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Selepas azan isya berkumandang, lampu lobi dan halaman Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tiba-tiba mati, Jumat (11/10/2019) malam. Lima bingkai foto kemudian dijejerkan di atas tiga meja persis di depan pintu masuk lobi markas antirasuah.

Wajah dalam lima bingkai foto tersebut samar-samar terlihat, hanya cahaya lilin yang menerangi. Pada bagian depan meja foto tersebut, terdapat poster bertuliskan Rest in Power.

Kelima wajah yang ada di dalam bingkai tersebut adalah Bagus Putra Mahendra (15), Maulana Suryadi (23) Akbar Alamsyah (19) Randy (22), dan Yusuf Kardawi (19).

Mereka merupakan lima korban meninggal dunia saat demonstrasi menolak revisi UU KPK dan RKUHP di depan Gedung DPR dan sejumlah daerah yang berakhir ricuh beberapa waktu lalu.

Puluhan orang duduk bersimpuh sambil menundukan kepala. Mereka terdiri dari pegawai KPK dan pegiat antikorupsi. Mereka menggelar malam renungan dan doa bersama untuk mendoakan para korban.

"Mudah-mudahan kami masih memiliki empati terhadap sesama. Ya Allah kabulkan dan maafkan kesalahan-kesalahan saudara kami, ampuni dosa-dosa kawan-kawan kami," ucap Ustaz Nurstofa saat memimpin doa.

Perwakilan dari WALHI, Khalisah Khalid berharap, demokrasi Indonesia berjalan baik ke depannya. Ia juga berharap, tak ada lagi kekerasan yang dilakukan oleh aparat dalam meredam aksi demonstrasi. 

Selain itu, ia berharap tak ada lagi korban jiwa dalam tiap aksi yang digelar mahasiswa maupun masyarakat.

"Bahwa kita masih berharap demokrasi masih ada, bahwa rakyat bisa kita lindungi bersama. 21 tahun reformasi kita berharap tidak ada lagi kekerasan tidak ada lagi air mata dan darah," kata Khalisah.

"Karena kita mencita-cita, tapi kita menyaksikan betapa buramnya perjalanan demokrasi kita. Kita seperti tertatih-tatih melangkah," Khalisah melanjutkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya