Mendes Sebut Dampak Corona Lebih Parah dari Resesi Ekonomi 1998

Gus Halim mengungkapkan, dana desa yang biasa digunakan untuk pembangunan desa, selama masa pandemi virus Corona ini mendapat alihfungsi menjadi tiga pembagian.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 18 Apr 2020, 14:08 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2020, 14:07 WIB
Abdul Halim Iskandar
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (PDTT), Abdul Halim Iskandar (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, menilai dampak ekonomi dari pandemi virus Corona atau Covid-19 lebih parah ketimbang resesi ekonomi di tahun 1998. Sebab, selain dampak ekonomi, juga berimbas ke masalah sosial dan kesehatan.

"Pandemi Covid-19 dampaknya masif dan sistematis kalau dulu kita ngomong 98, resesi 98 dampak cuma ekonomi. Kalau ini masalah sosial, mudik jadi terhambat, pekerja seni tak bisa mengekspresikan karya, terlepas dari masalah kesehatannya," kata Abdul Halim dalam sesi Sharing Session bersama Liputan6.com yang disiarkan langsung dikanal Vidio, Sabtu (18/4/2020).

Dia melihat, imbas dari sekolah tutup, tidak hanya pelajar yang tidak dapat pendidikan seperti biasanya. Namun, juga pedagang kecil yang biasa berjualan di sekitarnya.

Belum lagi soal warung makan di tempat keramaian yang secara mandiri tutup karena tidak ada lagi keramaian di sekitar tempat mereka berjualan.

"Mereka sudah auto lock down kalau bahasa saya, ya karena tidak ada yang beli lagi ya tutup, sepi situasi seperti ini," jelas dia.

Karenanya, pria yang kerap disapa Gus Halim mengungkapkan, dana desa yang biasa digunakan untuk pembangunan desa, selama masa pandemi virus Corona atau Covid-19 ini mendapat alihfungsi menjadi tiga pembagian. Fokus utama ketiganya adalah untuk sosial sentimen kepada masyarakat desa.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pembagian Dana Desa

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengajak BUMDes di Purbalingga mengikuti lomba BUMDes berhadiah Rp 4 Miliar. (Galoeh Widura/Liputan6.com)

Dia merinci, pembagian pertama adalah untuk pengembangan persiapan sarana dan prasarana umum, seperti ruang isolasi, menyiapkan tempat cuci tangan dengan air mengalir.

"Tempat itu kan perlu dicat, seperti disiapkan warga desa itu dananya bisa ambil dari dana desa," terang dia.

Kemudian untuk pemanfaatan kedua, yaitu padat karya. Masyarakat desa yang menganggur, kelompok miskin, dan marginal, bisa diberdayakan untuk melakukan pekerjaan di desa. Seperti pembagian masker, dengan pembuatan oleh mereka terlebih dahulu. Kemudian nanti mereka diberi upah dari ongkos kerja pembuatan masker tersebut.

Atau cara lain adalah persiapan tempat wisata yang menjadi potensi wisatawan. "Mereka bisa dikumpulkan, diperkjakan, diupah harian, namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan," jelas Gus Halim.

Pembagian ketiga adala Bantuan Langsung Tunai atau BLT menggunakan dana desa. Gus Halim mengamini bahwa ini adalah terobosan baru. Tujuannya adalah memberikan BLT senilai Rp 600 ribu kepada 12 juta keluarga miskin terdampak Covid-19.

"Dengan catatan, BLT Dana Desa ini diberikan kepada warga miskin di desa yang belum sama sekali mendapatkan program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan kartu pra kerja. Bagi mereka yang sudah mendapat," Gus Halim menandaskan.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya