Pandemi Corona, DPR Dorong Pemerintah Perbanyak Pelaku Usaha Alat Kesehatan

Hambatan untuk para pelaku usaha baru alat kesehatan di tengah pandemi Corona Covid-19 itu disebabkan karena adanya pemain lama yang tidak ingin pasarnya diganggu.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2020, 14:32 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 14:15 WIB
Produksi Masker Medis
Seorang pekerja membuat masker di sebuah perusahaan alat kesehatan di Distrik Nan'an, Chongqing, 11 Februari 2020. China melakukan segala upaya untuk menjamin ketersediaan suplai medis dan barang-barang kebutuhan harian bagi warga di tengah perang melawan epidemi virus corona. (Xinhua/Wang Quanchao)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR Martin Manurung meminta pelaku usaha alat kesehatan atau alkes lebih banyak dibuka dan diberdayakan. Hal ini untuk mencegah adanya mafia yang memanfaatkan situasi di tengah wabah Corona Covid-19.

"Kalau soal mafia saya sih melihat selama ini bukan hanya dari peralatan kesehatan atau untuk obat-obatan ya, dari seluruh aktifitas perdagangan. Kita harus lebih banyak dibuka untuk pelaku-pelaku baru, sehingga jangan itu itu terus," ujar Martin dalam diskusi virtual Ada Mafia di Era Corona, Minggu (19/4/2020).

Menurut dia, hambatan untuk para pelaku usaha baru disebabkan karena adanya pemain lama yang tidak ingin pasarnya diganggu.

"Memang hambatannya itu pemain pemain lama, memang pasarnya itu kan oligopolistik, pemain lama yang mungkin tidak mau katakanlah lapaknya diganggu," ucap Martin.

Martin pun mendesak Kementerian Perdagangan mengumumkan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam mekanisme impor, khususnya dalam pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan. Sehingga, kata dia, produsennya lebih banyak dan publik mengetahui.

"Sebenarnya kenapa sih ada black market, kenapa ada mafia, karena informasinya tertutup, kalau begitu dibuka saja apa persoalan-persoalan nya, apa syarat-syaratnya, supaya pemain bisa masuk dalam arti pelaku usaha," paparnya.

"Selama informasi itu tertutup dan dikuasai sebagian orang, disitu lah ada mafia," tandas politikus NasDem itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ada Mafia Impor Alkes

Produksi Masker Medis
Masker yang diproduksi di sebuah perusahaan alat kesehatan di Distrik Nan'an, Chongqing, 11 Februari 2020. China melakukan segala upaya untuk menjamin ketersediaan suplai medis dan barang-barang kebutuhan harian bagi warga di tengah perang melawan epidemi virus corona. (Xinhua/Wang Quanchao)

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyoroti peluang pencaplokan importasi alat kesehatan yang saat ini sedang digencarkan demi memerangi virus Corona.

Dirinya menyatakan, mafia-mafia yang memanfaatkan situasi dan kondisi saat ini harus ditindak tegas dan dilawan agar praktik kotor tidak menyulitkan negara apalagi di saat sulit seperti ini.

"Kalau kita nggak gotong royong, memangnya bangsa lain peduli? Jangan semuanya ujung-ujung duit terus, lalu kita kejebak short term policy, didominasi mafia (impor alkes), kita harus lawan itu. Pak Jokowi punya keberpihakan akan itu," kata Erick dalam siaran langsung di akun Instagramnya, @erickthohir, Kamis, 16 April 2020.

Lebih lanjut, dirinya menyatakan 90 persen alat kesehatan dan bahan baku obat masih diimpor dari luar negeri. Oleh karenanya, peluang mafia bergelayutan di importasi alat kesehatan ini besar.

"Mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, jangan kita ini selalu terjebak praktik kotor," ujarnya.

Tak lupa, Erick berharap, BUMN-BUMN yang sedang ditugaskan memproduksi ventilator agar berjuang sekuat tenaga. Nantinya, para penemu ventilator lokal juga akan diintegrasikan dengan industri pertahanan.

Adapun, BUMN yang ditugaskan memproduksi ventilator dalam negeri tersebut ialah PT Len Industri, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad dan 15 tim lainnya.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber : Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya