Pandemi Covid-19, Muhammadiyah Anjurkan Salat Idul Fitri di Rumah

Meniadakan Salat Idul Fitri baik di lapangan maupun di masjid karena adanya ancaman Covid-19, tidaklah berarti mengurang-ngurangi perintah agama.

oleh Mevi Linawati diperbarui 15 Mei 2020, 05:37 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2020, 05:37 WIB
Jemaah Salat Idul Fitri Penuhi Masjid Istiqlal
Umat muslim melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (5/6/2019). Umat muslim Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah pada hari Rabu, 5 Juni 2019. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menganjurkan pelaksanaan Salat Idul Fitri (id) dilakukan di rumah dengan alasan keselamatan untuk kawasan dengan tingkat penularan virus Corona atau Covid-19 yang tinggi, sebagaimana ditetapkan otoritas berwenang.

"Pelaksanaan salat id di rumah tidak membuat suatu jenis ibadah baru. Maka salat id bagi yang menghendaki dapat dilakukan di rumah masing-masing bersama anggota keluarga dengan cara yang sama seperti salat id di lapangan," kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (15/5/2020).

Dia mengatakan, pelaksanaan Salat Idul Fitri sejatinya dilakukan di area publik, seperti lapangan sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW. Hanya saja karena ada halangan wabah Corona membuat pengalihan tempat Salat Id ke rumah.

Terkait Rasulullah SAW yang tidak pernah Salat Id di rumah, Syamsul mengatakan karena saat itu tidak ada kebutuhan di zaman Nabi Muhammad, seperti adanya ancaman penyakit menular yang menghalangi shalat di lapangan.

Sementara meniadakan Salat Idul Fitri baik di lapangan maupun di masjid karena adanya ancaman Covid-19, kata dia, tidaklah berarti mengurang-ngurangi perintah agama.

"Ketika dibolehkan salat id di rumah bagi yang menghendakinya, pertimbangannya adalah melaksanakannya dengan cara lain yang tidak biasa, yaitu dilaksanakan di rumah, yaitu agar umat selalu memperhatikan kemaslahatan manusia, berupa perlindungan diri, agama, akal, keluarga dan harta benda," kata dia.

"Dan menjaga agar kita tidak menimbulkan mudarat kepada diri kita dan kepada orang lain. Bahkan sebaliknya, tidak ada ancaman agama atas orang yang tidak melaksanakannya, karena Salat Idul Fitri adalah ibadah sunah. Dalam pandangan Islam, perlidungan diri jiwa dan raga sangat penting," lanjut Syamsul Anwar.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Sunah Muakad

Gelar Salat Id, Warga Padati Persimpangan Pasar Senen
Warga melaksanakan salat Id di kawasan persimpangan Pasar Senen, Jakarta, Rabu (5/6/2019). Hari Raya Idul Fitri 1440 H dirayakan berbagai umat Muslim di seluruh Indonesia dan dunia. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Syamsul menjelaskan, pelaksanaan Salat Id merupakan amalan sunah muakad, yaitu jenis sunah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya, sebagaimana pelaksanaan sholat Tarawih di bulan Ramadan. Sunah sendiri adalah perintah agama yang bila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa.

Di sisi lain, lanjut dia, Islam tidak memaksa umatnya untuk melangsungkan ibadah di luar kadar kemampuannya. Dengan kata lain, jika memiliki keterbatasan pengetahuan soal tata cara ibadah shalat id dan ketidakmampuan lainnya maka lakukanlah semampunya.

"Bahwa dalam melaksanakan ajaran agama dasarnya adalah kadar kemampuan mukallaf untuk mengerjakan. Hal itu karena Allah tidakmembebani hamba-Nya, kecuali sejauh kadar kemampuannya sebagaimana surat Al Baqarah ayat 286 dan At Thalaq ayat 7," kata dia.

"Dan apabila diperintahkan melakukan suatu kewajiban agama, maka kerjakan sesuai kemampuan (bertakwa sesuai kemampuan) sebagaimana surat At Taghabun ayat 16 dan hadits nabi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya