Liputan6.com, Jakarta PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mendesak para pelaku usaha, kantor-kantor, dan berbagai instansi untuk menyesuaikan jam kerja karyawan dengan sistem jam kerja bertahap (shift).
Komunikasi Perusahaan PT KCI Anne Purba mengatakan langkah itu perlu dilakukan mengingat adanya Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nomor 8 tahun 2020 tentang Pengaturan Jam Kerja.
Baca Juga
Anne mengatakan, belum dilakukannya sistem jam kerja bertahap membuat jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) dari hari ke hari di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pekan ketiga mengalami lonjakan.
Advertisement
"Dengan sistem kerja bertahap bagi para pekerja sesuai surat edaran tersebut, maka konsentrasi pengguna pada jam-jam sibuk dapat lebih tersebar, dan pengguna dapat menghindari antrean di stasiun pada waktu tersebut,” kata Komunikasi Perusahaan KCI Anne Purba dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Dengan demikian, lanjut dia, para pengguna KRL juga dapat lebih aman dan lebih lancar dalam menggunakan KRL serta mengurangi waktu tunggu di stasiun.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Lonjakan Penumpang di PSBB Transisi
Berdasarkan data PT KCI, jumlah pengguna KRL Jabodetabek semakin meningkat pada pekan ketiga PSBB Transisi, pada hari Senin, 22 Juni 2020, lalu tercatat 356.215 pengguna, atau naik empat persen dibanding Senin (15/6) pekan lalu.
Sementara pada Selasa (23/6) ini hingga pukul 12:00 158.665 orang telah menggunakan jasa KRL. Dengan semakin banyaknya jumlah pengguna, antrean di stasiun juga bertambah dan pengguna memerlukan waktu lebih lama untuk mengikuti penyekatan sebelum dapat naik ke dalam KRL.
Dari data KCI puncak jumlah pengguna pada pagi hari terjadi pada pukul 06:00 – 09:00 WIB dengan jumlah pengguna 125.143 orang.
Sementara pada sore hari jam puncak kesibukan di KRL adalah pukul 16:00 – 19:00 WIB dengan jumlah pengguna 106.848 orang.
“Dengan jumlah pengguna sekitar 350.000 pengguna per hari di masa PSBB Transisi ini, berarti 66 persen perjalanan pengguna terjadi pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari tersebut. Antrean pengguna pun terjadi hanya pada jam-jam tersebut,” ujar Anne.
"Bila semakin banyak sektor perekonomian yang akan dibuka kembali dan semakin banyak masyarakat kembali beraktivitas, akan semakin banyak masyarakat yang membutuhkan transportasi publik termasuk KRL," kata Anne.
Sementara, lanjut dia, dari segi frekuensi perjalanan KRL saat ini sudah maksimum sesuai kapasitas infrastruktur perkeretaapian yang tersedia.
Advertisement