Kemendikbud: Ada Ancaman Putus Sekolah di Papua, Pasca-Pembelajaran Jarak Jauh

Kemendikbud, menurut Totok, akan melakukan berbagai cara mencegah agar putus sekolah tidak terjadi.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 09 Jul 2020, 18:43 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 18:43 WIB
UNBK SMK 2019
Sejumlah siswa kelas XII mengerjakan soal Bahasa Indonesia saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMKN 50 Jakarta, Senin (25/3). Kemendikbud mengatur UNBK tingkat SMK dilaksanakan serentak dalam empat hari mulai 25 sampai 28 Maret 2019. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno menyatakan, pihaknya mendapat laporan dari para guru di Papua yang khawatir angka putus sekolah meningkat pasca-kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR) akibat pandemi Covid-19.

"Kami terima informasi dari Papua ketakutan akan kemungkinan putus sekolah. Para guru khawatir setelah BDR (belajar dari rumah) anak tidak kembali lagi ke sekolah," kata Totok saat rapat dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/7/2020).

Kemendikbud, menurut Totok, akan melakukan berbagai cara untuk mencegah agar putus sekolah tidak terjadi.

"Ini salah satu isu kebijakan yang perlu kita tangani atau cegah sebelum ancaman putus sekolah ini betul-betul terjadi," ucapnya.

Selain itu, Kemendikbud juga tengah menyiapkan modul untuk memudahkan para siswa yang tidak terjangkau internet melakukan pembelajaran jarak jauh. Salah satunya dengan mendorong peningkatan interaksi orangtua-anak selama pembelajaran di rumah.

"Interaksi orangtua hal yang bagus, saya kira perlu didorong jadi kebiasaan baru. Nanti kalau selama ini barangkali interaksi hanya untuk hal-hal administratif, perlu ditingkatkan untuk hal-hal yang substantif terkait optimalisasi proses belajar dan kesejahteraan psikologis siswa," tandasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Siswa Kesulitan Belajar Selama PJJ

Sebelumnya, Totok menyatakan pihaknya telah melakukan dua kali survei tentang pembelajaran dari rumah terhadap para guru dan siswa hasilnya siswa mengakui kesulitan belajar selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

"Mayoritas mengalami kesulitan memahami pelajaran. Kurang konsentrasi, tidak dapat bertanya langsung kepada guru sehingga kebiasaan tatap muka bisa interaksi langsung, memahami mata pelajaran langsung dari guru," kata Totok dalam rapat dengan Komisi X, Kamis (9/7/2020).

Kurangnya konsentrasi, interaksi hingga gangguan internet membuat pembelajaran di rumah dinilai peserta didik lebih sulit.

"Ketika belajar dari rumah itu membutuhkan perjuangan yang cukup tinggi," ucap Totok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya