Banyuwangi Adopsi Bilik Kuliner seperti di Negeri Kincir Angin

Para pelaku wisata Banyuwangi terus bergeliat menyambut masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) alias new normal. Seperti yang terlihat di kawasan kuliner Kampung Mandar dengan membuat bilik kuliner steril untuk pengunjungnya.

oleh nofie tessar pada 25 Jul 2020, 09:45 WIB
Diperbarui 25 Jul 2020, 09:50 WIB
Banyuwangi Adopsi Bilik Kuliner seperti di Negeri Kincir Angin
Foto:Dok.Pemkot Banyuwangi)

Liputan6.com, Jakarta Para pelaku wisata Banyuwangi terus bergeliat menyambut masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) alias new normal. Seperti yang terlihat di kawasan kuliner Kampung Mandar dengan membuat bilik kuliner steril untuk pengunjungnya.

Wisata kuliner ini berlokasi di Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi, yang tak lain adalah kawasan sekitar muara Pantai Boom. Menunya tentu saja khas daerah sekitar pantai, yaitu ikan bakar.

"Terima kasih teman-teman nelayan Kampung Mandar, dinas terkait, kecamatan, dan Bank Jatim yang memberi dukungan. Kehadiran tempat kuliner unik seperti ini memberi semangat kepada kita semua untuk bekerja lebih kreatif memulihkan ekonomi lokal setelah dihajar dampak pandemi Covid-19,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat meresmikan kawasan kuliner itu, Jumat (24/7/2020).

Kampung ini dulunya adalah kawasan yang terkesan kumuh. Perlahan, dengan pendampingan Dinas Kelautan dan Perikanan, sejak tiga tahun lalu keluarga nelayan membuat warung-warung dengan menu ikan laut. Kawasan tersebut pun mulai berubah.

"Pada 2018, mulai digelar festival pasar ikan sebagai strategi agar kawasan berubah menjadi lebih bersih. Warung kami promosikan, dinas terus mendampingi, akhirnya warga mulai mendapat tambahan pemasukan. Selama pandemi pasti jeblok, makanya sekarang kita bangkitkan lagi, termasuk dengan model bilik kuliner steril semacam ini,” ujarnya.

Di kawasan tersebut terdapat 10 bilik kuliner steril. Para pemilik warung melayani pengunjung dengan pelindung diri. Dinas Kesehatan dilibatkan terjun langsung mendampingi proses memasak agar selalu higienis.

Para tamu duduk di dalam bilik tertutup yang transparan. Di dalam bilik disediakan meja dan kursi yang selalu dibersihkan setelah dipakai.

”Higienitas alur produksi, mulai dari mendapatkan ikan sebagai bahan baku, proses memasak, sterilisasi alat masak, hingga penyajian. Semua rangkaian itu harus dipastikan higienis,” pesan Anas.

"Ini adalah restoran ikan milenial. Saya yakin, warung-warung di sini akan kembali bergeliat, inovasi warga pun muncul. Insya Allah ini jadi modal kita untuk berjuang memulihkan ekonomi,” papar Anas.

Berbagai makanan disediakan di kawasan kuliner tersebut. Ada ikan bakar, tahu walik berisi daging, hingga palapa sampan khas nelayan alias ikan pindang berkuah yang super segar.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, MY. Bramuda, menambahkan, tempat ini awalnya terinspirasi dari konsep restoran yang ada di Belanda.

“Kita sedang atur tidak ada kontak antara pelayan dan pengunjung. Jadi pengunjung datang langsung masuk ke bilik, lalu pelayan datang melayani pemesanan dengan tetap berada di luar bilik yang transparan. Demikian pula saat pembayaran. Jadi tidak ada kontak dekat pelayan pengunjung,” jelasnya.

“Ke depan, konsep ini akan diterapkan di sejumlah sentra kuliner lainnya,” imbuh Bramuda.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya