Kasus Covid-19 DKI, Anies Pantau Kemungkinan Rem Darurat

Di Jakarta, kata Anies, pihaknya melakukan tiga hal serius yakni pengujian (testing), penelusuran (tracing) dan perawatan (treatment) secara serius.

oleh Mevi Linawati diperbarui 17 Agu 2020, 20:51 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2020, 20:50 WIB
Anies Baswedan
Di Graha BNPB, Jakarta, Senin (25/5/2020), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan perpanjangan PSBB DKI Jakarta hingga 4 Juni 2020 menjadi fase penentu masa transisi menuju New Normal. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku, terus melakukan pemantauan apakah pihaknya akan melakukan kebijakan penghentian darurat (emergency break). Hal ini menyusul masih tingginya penambahan kasus positif Covid-19 di Ibu Kota di atas 500-an dalam dua pekan terakhir.

"Kami terus pantau hari-hari ke depan bagaimana kondisinya di Jakarta ini," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Senin (17/8/2020), seperti dilansir Antara.

Kebijakan rem darurat itu, sebelumnya ditempuh Jakarta dalam peniadaan kembali kegiatan Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day/CFD) dan kawasan khusus pesepeda di 32 titik di seluruh Jakarta, dengan pertimbangan kasus COVID-19 yang tidak terus mereda.

Di Jakarta, kata Anies, pihaknya melakukan tiga hal serius yakni pengujian (testing), penelusuran (tracing) dan perawatan (treatment) secara serius.

Dalam pengujian, Anies mengaku pihaknya telah melakukan uji usap (PCR) empat kali lipat di atas standar minimal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) demi menemukan orang yang telah terpapar agar bisa diisolasi.

"Jadi bukan hanya angka yang perlu jadi perhatian, tapi ikhtiar mencari angka itu yang harus dilihat. Karena apabila di luar banyak orang yang terpapar tapi hanya sedikit yang dites maka wabah akan terus melebar, justru kita harus lebih agresif," kata Anies.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Imbau protokol kesehatan terus dijalankan

Anies Baswedan
Gubernur DKI Anies Baswedan melepas petugas haji DKI Jakarta. (Liputan6.com/Nabila)

Dengan jumlah tes yang banyak dan di atas standar WHO, kata Anies, akan diketahui tingkat rata-rata kasus positif (positivity rate) di Jakarta yang akurat dan dapat dipercaya. Sejak awal wabah, lanjut Anies, di Jakarta angka "positivity rate" tersebut adalah 5,9 persen dari jumlah orang yang dites.

Namun, dalam hitungan selama tiga pekan, Anies mengakui Jakarta mengalami lonjakan tajam yang bergerak dari 4,5 persen hingga mencapai 8,9 persen.

"Kondisi dikatakan aman apabila di bawah lima persen, lima persen hingga 10 persen membahayakan dan sangat bahaya jika di atas 10 persen," ucap dia.

Meski dikatakannya Jakarta berada di bawah nasional untuk "positivity rate" yang sepekan terakhir mencapai 15,9 persen dan sejak awal pandemi sebesar 13,1 persen, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini meminta masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.

"Saya imbau masyarakat gunakan masker kapan saja dimana saja, lalu bila memiliki keluhan kesehatan lapor ke kami, agar segera dites. Kemudian cuci tangan rutin, patuhi jaga jarak, ini bagi masyarakat. Bagi kami, kami terus melakukan tes," tutur Anies.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya