Waspada, Bogor Diprediksi Bakal Dilanda 3 Fenomena Alam

BMKG meminta semua pihak menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi akibat tiga fenomena alam tersebut.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 21 Okt 2020, 04:34 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 04:34 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bersama Kepala BNPB Doni Monardo dalam kegiatan siaga bencana hidrometeorologi di Telaga Saat Puncak, Bogor
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bersama Kepala BNPB Doni Monardo dalam kegiatan siaga bencana hidrometeorologi di Telaga Saat Puncak, Bogor. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan adanya tiga fenomena alam yang akan terjadi bersamaan di wilayah Bogor dan sekitarnya sehingga harus diwaspadai dan diantisipasi.

Ia menyebut, fenomena La Nina yang diprediksi akan menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia.

La Nina merupakan anomali sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer, langit di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) serta minimal berlangsung selama 2 bulan.

Berdasarkan prediksi dan data suhu muka air laut yang berada jauh di Samudra Pasifik, lanjut Dwikorita, dampaknya bisa sampai ke Bogor.

"Kebetulan saat ini sedang mengalami peningkatan curah hujan. Artinya, terjadi dobel. Tidak ada La Nina saja, Bogor ini juara, curah hujannya tinggi," ujar Dwikorita saat kegiatan siaga bencana hidrometeorologi di Telaga Saat Puncak, Bogor, Selasa (20/10/2020).

Apalagi terjadi La Lina, kata dia, akumulasi curah hujan akan naik 20-40 persen. Pada fenomena La Nina yang terjadi adalah pendinginan yang tidak biasa, yaitu anomali suhunya melebihi -0.5 derajat celcius di area yang sama.

"Suhu muka air laut di Samudera Pasifik mengalami anomali. Saat ini sudah minus hampir mencapai 1 derajat celcius. Sementara suhu muka air laut di kepulauan maritim Indonesia hangat. Maka terjadilah gap antara suhu muka air laut di Samudera Pasifik bagian tengah ekuator dengan Kepulauan Indonesia," terangnya.

Tidak hanya itu, pada pekan ini akan masuk gelombang awan dari sebelah Timur Afrika Selatan memasuki wilayah Indonesia yang disebut fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).

MJO ini merupakan gugusan uap air (awan) yang artinya uap air di wilayah Riau meningkat jumlahnya, sehingga pertumbuhan awan cukup bagus. Diprediksi potensi terjadinya hujan dengan intensitas tinggi, puncaknya di bulan Desember 2020, serta Januari dan Februari 2021.

"Artinya di minggu ini ada 3 fenomena bersinergi. Bersinergi ya itu fenomena La Nina, fenomena MJO, dan fenomena curah hujan aslinya di Bogor," ungkapnya.

Untuk itu, semua pihak diminta menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi.

"Tetapi khusus minggu ini, meskipun belum memasuki puncaknya, ada tiga faktor yang bersinergi tadi. Semoga penghijauan ini dapat membantu kita semua," tandasnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Bencana Alam di Jabar

Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, setiap musim hujan, Jawa Barat tidak lepas dari bencana alam. Baru beberapa hari turun hujan, sudah terjadi bencana.

"Banjir bandang ada 4 kali, ada banjir genangan sampai 11 wilayah dan juga longsor 11 kejadian dan angin puting beliung 5 kejadian," kata Uu.

Ia mengatakan, bencana yang terjadi selama ini salah satu faktor penyebabnya akibat kerusakan alam yang dilakukan oleh ulah manusia sendiri.

"Sudah jelas kerusakan di muka bumi ini, baik di lautan dan daratan karena tangan-tangan manusia. Maka Alhamdulillah Pak Jenderal hari ini ada kegiatan yang sangat luar biasa sebagai langkah antisipasi," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya