16 Anggota Dipecat karena LGBT, TNI Kecolongan Saat Proses Penerimaan Calon?

Menurut Muradi, perilaku seseorang yang LGBT akan sudah terlihat sejak dia mengikuti tes penerimaan awal.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2020, 06:04 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2020, 06:04 WIB
LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Kamar Militer MA Mayor Jenderal (Purn) Burhan Dahlan mengungkap adanya fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam institusi TNI. Terkait hal ini, Mahkamah Agung sudah mengadili 16 personel TNI yang kini sudah dipecat.

Pengamat Militer Universitas Padjajaran, Muradi sangat menyayangkan kasus ini. Dia melihat, sebenarnya fenomena ini bisa dicegah jika TNI lebih cermat dan teliti saat proses awal penerimaan calon anggota TNI. Menurutnya, ada tiga penyebab orientasi seksual seseorang berbeda.

“Apakah institusi TNI bermasalah atau kecolongan? Mungkin karena gini, ada beberapa penyebab orang menjadi LGBT. Yang pertama karena bawaan gen, ada orang yang gennya ganda, misalnya XXY atau XYY. Biasanya itu penyebab yang pertama. Nah saat tes kesehatan waktu penerimaan mungkin seadanya,” kata Muradi saat dihubungi merdeka.com, Kamis (22/10).

Penentuan jenis kelamin manusia memang ditentukan oleh kromosom seks yang diturunkan dari induknya. Pria memiliki kromosom seks “XY”, dimana kariotipe pria normal adalah 22A+XY. Sedangkan wanita memiliki kromosom seks “XX”, sehingga kariotipe wanita normal adalah 22A+XX.

Singkatnya menurut Muradi, perilaku seseorang yang LGBT akan sudah terlihat sejak dia mengikuti tes penerimaan awal. Mulai dari tes kesehatan hingga tes fisik. Sehingga menurutnya, perlu ada suatu tes yang bisa menunjukkan bahwa calon anggota TNI tersebut LGBT atau tidak. Oleh sebab itu, tahap pendaftaran dan penerimaan menurutnya sangatlah penting.

“Cek kesehatan di awal itu penting soalnya kalau gen kan memang kelihatan dari awal. Misalnya si A orientasi seksualnya berbeda, kita kan bisa lihat. Ya memang ada yang tidak kelihatan sih, cuma kalau dilakukan tes yang detail soal ini, kan jadi terlihat,” ujar Muradi.

Penyebab kedua, kata Muradi, yakni karena faktor lingkungan atau pergaulan. Dia menjelaskan, pengaruh pergaulan tersebut bukan hanya berasal dari lingkungan internal TNI saja. Muradi mengatakan, para anggota TNI yang masih lajang, tidak selalu berada di barak, mereka juga kerap kali berinteraksi dengan pihak-pihak luar saat tugas, hari libur, dan sebagainya. Begitu pula dengan anggota TNI yang sudah tidak tinggal di barak. Sehingga hal tersebut menurutnya tidak menutup kemungkinan menjadi alasan mengapa ada anggota TNI LGBT.

“Yang kedua karena pergaulan. Baik itu internal ataupun dari luar. Misalnya dia sehari-hari di barak atau di asrama, tapi di luar itu, mereka juga berinteraksi dengan orang-orang lain yang punya orientasi seksual berbeda,” kata dia.

Penyebab ketiga, kata Muradi, yakni karena adanya trauma akibat perundungan yang dihadapi selama masa pendidikan yang cukup lama. Muradi mengakui selama masa pendidikan TNI memang kerap terjadi perundungan. Baik itu perundungan dalam bentuk kekerasan fisik, seksual maupun hanya dipermalukan atau dicemooh.

“Mohon maaf ya, bisa jadi dia trauma karena dirundung. Bukan hanya karena dirundung seks atau kekerasan saja, sekadar dipertontonkan bisa membuat trauma. Psikologis seseorang kan berbeda levelnya,” katanya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perlu Pengawasan

Oleh sebab itu, menurutnya institusi TNI perlu melakukan pengawasan dan mendalami hal ini sejak proses pendidikan. Namun menurutnya, yang terpenting adalah pengawasan saat proses penerimaan.

“Seharusnya kan sudah bisa dilihat kalau ada kecenderungan perilaku LGBT saat pendidikan. Jadi tim dari TNI harus melakukan pengawasan, tapi bukan sampai ke level orientasi seksnya karena itu terlalu personal. Harusnya sih dari awal,” tambahnya.

Sebelumnya, Ketua Kamar Militer MA Mayor Jenderal (Purn) Burhan Dahlan pun mengakui bahwa kasus LGBT yang baru dia ungkap ini berbeda dengan kasus LGBT yang pernah ia tangani di tahun 2008. Pada saat ini, kata Burhan, alasannya karena pergaulan. Seperti apa yang dikatakan oleh Muradi. Bahkan, para anggota TNI LGBT tersebut mengaku sudah membuat grup LGBT, yang mana dipimpin seorang sersan dan anggotanya ada yang berpangkat letnan kolonel (letkol).

"Mereka menyampaikan kepada saya, sudah ada kelompok-kelompok baru, kelompok persatuan LGBT TNI-Polri. Pimpinannya sersan anggotanya ada yang letkol. Ini unik, tapi memang ini kenyataan," ujar Burhan dalam kegiatan Pembinaan Teknis dan Administrasi Yudisial pada IV Lingkungan Peradilan Seluruh Indonesia yang disiarkan di kanal Youtube MA, (15/10).

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya