Keluarga Korban Sriwijaya Air Titipkan Pesan: Semoga Adik Saya Teridentifikasi

Meizar bercerita, panca Widya Nusanti, salah satu korban dalam insiden Sriwijaya Air SJ 182 meninggalkan seorang suami dan anak yang masih seusia SD di rumahnya Pontianak.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 22 Jan 2021, 18:55 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2021, 18:53 WIB
Doa Bersama dan Tabur Bunga Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Kesedihan keluarga korban saat prosesi tabur bunga di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2020). Tabur bunga diikuti perwakilan keluarga korban, tim manajemen Sriwijaya Air, regulator, hingga Tim SAR. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Meizar bercerita dengan suara lirih. Di ata KRI Semarang saat upacara tabur bunga, terasa berat saat mengingat sang adik tercinta telah pergi untuk selamanya. Sang adik, Panca Widya Nusanti, salah satu korban dalam insiden Sriwijaya Air SJ 182.

"Ibu Panca Widya Nusanti, itu adik saya, dia guru SMK 3 Pontianak," kata Meizar di di atas KRI Semarang, usai tabur bunga, Jumat (22/1/2021).

Meizar bercerita, almarhumah korban Sriwijaya meninggalkan seorang suami dan anak yang masih seusia SD di rumahnya Pontianak. Dia pun berharap, identitas sang adik segera teridentifikasi.

"Dari info terakhir, Mba Wiwid belum teridentifikasi jadi kita sangat berharap bisa segera," harap dia.

Meizar menyampaikan, pesan keluarga almarhumah di Pontianak untuk bisa membawa pulang bagian tubuh teridentifikasi agar bisa dimakamkan secara baik sesuai prosedur agama.

"Saya berharap bisa cepat teridentifikasi dan bisa dibawa pulang ke Pontianak dan dimakamkan sesuai syariat Islam," dia menandasi.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tangis Pecah Keluarga Korban

Tangis keluarga korban penumpang Sriwijaya Air SJ 182 pecah, saat detik-detik penghormatan upacara tabur bunga di Kepulauan Seribu dimulai. Doa dihaturkan kepada mereka para korban insiden jatuhnya pesawat tersebut.

"Semoga keluarga ditinggalkan diberi ketabahan, keikhlasan dan yang meninggalkan diberi tempat terbaik oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar doa dari pemuka agama sebelum upacara tabur bunga dimulai dari atas Kapal KRI Semarang, di Kepulauan Seribu, Jumat (22/1/2021).

Satu per satu perwakilan keluarga korban Sriwijaya Air membawa baki berisi kelopak mawar merah dan putih. Kru Pilot, pramugari, dan sederet keluarga penumpang menebar bunga tersebut ke laut.

"Kita tengah berada di titik jatuhnya pesawat SJ 182," ujar komando kapal dari pengeras suara.

Seketika, suara tangis terdengar mengencang di KRI Semarang. Tidak ada kata yang terucap, hanya air mata menetes dan pelukan yang saling menguatkan.

Selamat jalan Sriwijaya Air SJ 182, segenap tim redaksi Liputan6.com turut berduka. Semoga seluruh jiwa yang meninggal mendapat ketenangan di sisi-Nya.

Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang kontak pukul 14.40 WIB, sesaat setelah lepas dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Sabtu sore, 9 Januari 2020 pukul 14.36 WIB di sekitar perairan Kepulauan Seribu.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya