Liputan6.com, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis preliminary report atau laporan awal jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Kapten Nurcahyo Utomo menjelaskan laporan awal KNKT memuat data faktual yang sudah dikumpulkan dalam 30 hari.Â
Nurcahyo membeberkan, KNKT membentuk tim investigasi dan membagi tugas untuk mengumpulkan data ke pihak terkait, seperti Sriwijaya Air, Perum LPPNPI, dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sejak menerima informasi pesawat jatuh.
Advertisement
"Pengumpulan data dan pemeriksaan puing pesawat," ucap dia dalam keterangan pers, Rabu (10/2/2021).
Nurcahyo menerangkan, KNKT juga menganalis Crash Survivable Memory Unit (CSMU) dari Flight Data Recorder (FDR) yang ditemukan oleh tim SAR Gabungan. Hasilnya, diperoleh data sebanyak 370 parameter, selama 27 jam, terdiri dari 18 penerbangan termasuk yang mengalami kecelakaan.Â
Berdasarkan laporan yang diterima, Nurcahyo membeberkan kronologi detail.Â
Pesawat jenis Boeing 737-500 berangkat dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta dengan tujuan Bandar Udara Internasional Supadio, Pontianak, pada 9 Januari 2021, pada pukul 14.36 WIB. Saat itu, pesawat mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya (ABASA 2D).
Data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki. Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur (tenaga berkurang).
Nurcahyo memaparkan pada pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075° dan diizinkan.Â
"ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJY182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L dengan tujuan yang sama. Oleh karena itu, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," ujar dia.
Nurcahyo menjelaskan, pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046°, pesawat mulai berbelok ke kiri. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap.
"ATC memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB. Ini adalah komunikasi terakhir dari SJY182," terang dia.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dibantu Singapura
Nurcahyo menjelaskan, pukul 14.40.05 WIB, FDR merekam ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki. Selanjutnya pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 016°, sikap pesawat pada posisi naik (pitch up), dan pesawat miring ke kiri (roll).Â
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang, sedangkan yang kanan tetap," ucap dia.
Nurcahyo menuturkan, pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down).Â
"Sekitar 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data," kata dia.
Nurcahyo menjelaskan Komite Nasional Keselamatan Transportasi dalam menyusun laporan awal menggandeng National Transportation Safety Board (NTSB), yang dibantu oleh Federal Aviation Administration (FAA), Boeing dan General Electric. Â
Dalam investigasi ini KNKT juga menerima bantuan dari Transport Safety Investigation Bureau (TSIB) II Singapura. Adapun tujuan KNKT melakukan investigasi untuk mencegah kecelakaan serupa terulang kembali.Â
"Hasil investigasi KNKT tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam proses peradilan," kata dia.
Advertisement