Liputan6.com, Jakarta Guna mencukupi kebutuhan pangan terutama beras yang berkelanjutan, Kementerian Pertanian melalui program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) bersama-sama dengan petani terus berupaya untuk mencapai tujuan tersebut melalui Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim. Climate Smart Agriculture merupakan tema atau core business utama pada salah satu program Kementerian Pertanian.
Sesuai arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo semua pelaku pertanian harus mendukung dan mensukseskan program-program utama Kementan tanpa terkecuali Proyek SIMURP. Program-program utama Kementan lainnya yang harus didukung di antaranya Kostratani dan peningkatan pemberdayaan petani dan penyuluh.
"Semuanya merupakan kunci keberhasilan pembangunan pertanian dan pembangunan pertanian dimulai dari penyuluhnya, dengan meningkatkan kapasitas dan keterampilan penyuluh sehingga produksi pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia terpenuhi," ujar SYL.
Advertisement
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi juga selalu nenekankan bahwa Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim merupakan kunci keberhasilan SIMURP.
Climate Smart Agricukture juga sebagai acuan dalam menerapkan pola tanam akibat perubahan iklim global untuk meningkatkan produktivitas, produksi tanaman, dan pendapatan petani pada lahan sawah beririgasi terpilih menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.
"Kegiatan CSA juga bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi GRK serta meningkatkan pendapatan petani khususnya di Daerah Irigasi Proyek SIMURP. Implementasi CSA juga wajib diterapkan oleh seluruh pengelola SIMURP baik di Pusat maupun di daerah," ujarnya.
Untuk menindaklanjutinya petani di Kabupaten Purworejo, tepatnya di Kelompok Tani Maju Desa Bencorejo Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Banyu Urip, membuat Agen Pengendali Hayati (APH) dari ekstrak kentang gula, Selasa (13/4/2021).
Poktan Maju di Kabupaten Purworejo sebagai salah satu lokasi yang menerima intervensi SIMURP ini membuat APH jenis Beauveria Bassiana yang digunakan untuk mencegah serangan belalang sangit dan hama wereng.
Keunggulan dari penggunaan APH Beauveria Bassiana sebagai biopestisida nabati ini yaitu mudah diproduksi dengan bahan sederhana dan tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian maupun tanah. Pembuatan APH didampingi oleh Turoso selaku Penyuluh Pertanian pendamping lokasi SIMURP dan alumni Training of Farmer Climate Smart Agriculture (ToF-CSA).
"Kegiatan ini merupakan awal dari penerapan CSA di mana APH tersebut akan dipergunakan pada lahan demonstration plot (demplot) CSA di BPP Banyu Urip," ujar Turoso.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Menunjang Pertanian Berkelanjutan
Untuk membuat APH dari ekstrak kentang dan gula, selain kedua bahan tersebut, bahan lain yang diperlukan hanya air bersih. Teknik pembuatannya sendiri dapat dilakukan secara mandiri dan memerlukan waktu inkubasi bakteri selama kurang lebih 14 hari. Adapun penggunaan APH Beauveria Bassiana sendiri sangat ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu beracun pada tanah.
"Ini artinya, unsur hara pada tanah tidak banyak terganggu oleh bahan kimia sehingga dapat menunjang pertanian berkelanjutan. Oleh sebab itu, pembuatan dan penggunaan APH di demplot CSA SIMURP oleh Poktan Maju Kabupaten Purworejo diharapkan dapat menjadi pemantik bagi Poktan lain untuk beralih dari pestisida kimia ke pestisida nabati," tutup Turoso.
Advertisement