Kemenkes: Covid-19 B1351 Menurunkan Efikasi Vaksin dan Meningkatkan Keparahan Sakit

Varian Covid-19 B1351 bisa meningkatkan tingkat keparahan sakit pada pasien. Misalnya, dalam waktu sekitar dua atau tiga hari, pasien Covid-19 bisa masuk kategori berat dari sebelumnya hanya ringan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2021, 16:24 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 16:24 WIB
Siti Nadia Tarmidzi
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/1/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan empat karakteristik varian Covid-19 B1351 asal Afrika Selatan.

Varian tersebut sudah mengakibatkan satu warga negara Indonesia (WNI) meninggal dunia.

Pertama, varian Covid-19 B1351 bisa melakukan reinfeksi. Ini yang membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Covid-19 B1351 sebagai varian of concern (VOC).

"Kedua, mempengaruhi laju penularan atau tingkat penularan di mana banyak sekali orang yang langsung sakit atau positif dalam waktu singkat," katanya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Kementerian Kesehatan RI, Selasa (4/5/2021).

Ketiga, varian Covid-19 B1351 bisa meningkatkan tingkat keparahan sakit pada pasien. Misalnya, dalam waktu sekitar dua atau tiga hari, pasien Covid-19 bisa masuk kategori berat dari sebelumnya hanya ringan.

"Keempat, pengaruh pada vaksin. Pengaruh itu menurunkan efikasi vaksin," jelasnya.

Selain B1351, varian Covid-19 B1617 asal India memiliki karakteristik cepat menular.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Virus Lebih Ganas

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Varian Covid-19 B1617 telah terdeteksi pada dua spesimen di Indonesia. Satu spesimen berasal warga negara asing (WNA) India, sedangkan lainnya dari WNI.

"Kalau B1617 dalam laboratorium terlihat penumbuhan virus cepat sekali," tutupnya.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya