4 Permintaan Jokowi di Industri Migas dan Energi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan sejumlah permintaan terkait industri hulu migas di tengah pandemi Covid-19.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 02 Sep 2021, 06:44 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2021, 06:44 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). (Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden RI)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan sejumlah permintaan terkait industri hulu migas di tengah pandemi Covid-19.

Salah satunya Jokowi meminta industri hulu migas sebagai sektor kritikal tetap menjalankan tugasnya meski Indonesia tengah berjuan melawan pandemi Covid-19.

Khususnya, kata Jokowi, dalam mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi di Indonesia.

"Pandemi Covid-19 telah berdampak pada seluruh sektor perekonomian global termasuk Indonesia. Namun, industri hulu migas sebagai salah satu sektor kritikal tetap harus melaksanakan aktivitasnya guna mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi," ucap Jokowi dalam pidatonya yang disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam acara webinar Indonesian Petroleum Association (IPA), Rabu 1 September 2021.

Selain itu, Jokowi juga mengatakan, pemerintah Indonesia optimis target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang tercapai.

Berikut 4 permintaan Jokowi di sektor energi dan migas di tengah pandemi Covid-19 dihimpun Liputan6.com:

 

1. Minta Industri Hulu Migas Tetap Berproduksi

Jokowi Dialog Ekonomi dengan Para Pelaku Pasar Modal
Presiden Joko Widodo saat dialog ekonomi dengan para pelaku pasar modal di BEI, Jakarta, Selasa (4/7). Dalam dialog tersebut, Jokowi meyakinkan para pelaku pasar modal akan investasi di Indonesia yang tumbuh sangat bagus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta industri hulu migas sebagai sektor kritikal tetap menjalankan tugasnya di tengah pandemi Covid-19. Khususnya dalam mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi di Indonesia.

Hal ini disampaikan Jokowi melalui pidato pembuka yang dibacakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam acara webinar Indonesian Petroleum Association (IPA), Rabu 1 September 2021.

"Pandemi Covid-19 telah berdampak pada seluruh sektor perekonomian global termasuk Indonesia. Namun, industri hulu migas sebagai salah satu sektor kritikal tetap harus melaksanakan aktivitasnya guna mencari dan memproduksi minyak dan gas bumi," ucap Menteri Arifin.

 

2. Diharap Bisa Gerakkan Ekonomi Nasional

Presiden Jokowi soal PPKM Darurat. (Youtube Sekretariat Presiden)
Presiden Jokowi soal PPKM Darurat. (Youtube Sekretariat Presiden)

Jokowi mengungkapkan, sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar. Diantaranya minyak dan gas bumi.

"Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang masih mendominasi di Indonesia, selain batubara dan energi terbarukan," terang dia.

Selain sebagai penyedia sumber energi, industri hulu migas juga terbukti mampu menjadi penggerak perekonomian nasional.

Sehingga, kepala negara berharap, sektor industri hulu migas tetap menjalankan tugasnya di tengah pandemi Covid-19.

"Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas aktivitas perekonomian di wilayah tersebut," ucap Jokowi.

 

3. Yakin Bisa Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari di 2030

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers tentang pengembangan dan pembuatan vaksin COVID-19 harus ikuti prosedur dan kaidah ilmiah di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/3/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pemerintah Indonesia optimis target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang tercapai.

"Pemerintah tetap optimis untuk meningkat produksi migas melalui kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih masif dan agresif, dengan target produksi minyak sebesar 1 juta barel per day dan gas sebesar 12 ribu mmscf per hari pada tahun 2030," kata Arifin.

Dalam rangka mencapai target besar tersebut tersebut, kepala negara meminta seluruh pelaku industri hulu migas agar dapat melaksanakan berbagai strategi yang telah dirancang pemerintah secara serius.

Pertama, mempertahankan level produksi saat ini melalui optimasi produksi di berbagai lapangan eksisting.

"Antara lain, melalui manajemen yang baik, pelaksanaan program kerja yang agresif, masif serta efektif dan efisien, transisi wilayah kerja alih kelola secara cepat dan efektif, serta reaktivasi lapangan tidak berproduksi," bebernya.

Kedua, mempercepat tranformasi sumber daya menjadi produksi atau transformasi resources production melalui pengawasan dan pengendalian yang baik terhadap pelaksanaan rencana pengembangan lapangan, percepatan monetisasi lapangan-lapangan yang belum dikembangkan, hingga pengembangan migas non-konvensional di Indonesia.

Ketiga, percepatan penerapan pemroduksian tahap lanjut baik secondary maupun tertiary recovery yang diharapkan untuk dapat memberikan kontribusi tambahan produksi minyak bumi nasional, maupun mendorong KKKS untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengembangan dan penerapan EOR.

Keempat, ialah peningkatan dan percepatan eksplorasi. Menurutnya, pemerintah selalu mendorong peningkatan kegiatan akuisisi dan peningkatan kualitas data migas secara terintegrasi.

"Sehingga, dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan investasi hulu migas," sebutnya.

Terakhir, pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan realisasi investasi di sektor hulu migas. Diantaranya dengan melakukan reformasi hukum untuk menunjang kegiatan berinvestasi dan berusaha di sektor migas.

"Seperti diantaranya dengan menghadirkan Undang-Undang Cipta Kerja," terang Arifin.

 

4. Ubah Kebijakan Energi Nasional Demi Beralih ke EBT

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Biro Pers, Media dan Informasi (BPMI) Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi menyatakan, saat ini, kebijakan energi nasional telah berubah. Yakni berorientasi menuju energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan ketimbang energi berbasis fosil.

"Kebijakan energi minyak saat ini adalah menuju energi yang bersih dan terbarukan (EBT)," ujar Jokowi disampaikan Menteri Arifin.

Ke depan, dia memastikan, penerapan energi baru dan terbarukan akan masif dilakukan do segala sektor industri.

"Ini yang secara bertahap akan menggantikan energi fosil," terangnya.

Untuk mempercepat proses transisi itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM terus mengupayakan proses pengalihan energi fosil menuju EBT secara terukur. Di antaranya dengan menyusun Grand Strategi Energi Nasional.

"Di mana kedua hal yang menjadi agenda penting yaitu peningkatan produksi migas dan penurunan misi karbon harus bisa berjalan bersama dan saling bersinergi," tukas dia.

Kejengkelan Jokowi dan Ancaman Reshuffle Kabinet

Infografis Kejengkelan Jokowi dan Ancaman Reshuffle Kabinet. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejengkelan Jokowi dan Ancaman Reshuffle Kabinet. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya