Liputan6.com, Jakarta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bakal mendatangi rumah korban pelecehan seksual di KPI hari ini, Selasa (12/10/2021). Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum korban MS, Muhammad Mualimin.Â
"Selasa, 12 Oktober 2021, sekitar pukul 13.00 WIB, Komnas HAM bakal mengirim 2 petugas ke rumah MS di Jakarta Barat,"Â ujar Mualimin dalam keterangannya soal kasus pelecehan pegawai KPI itu.
Baca Juga
Dia menjelaskan, kedatangan Komnas HAM kali ini, dalam rangka melakukan pendalaman kepada MS untuk mengambil keterangan dan mengumpulkan bukti-bukti tambahan.
Advertisement
"Sekaligus fakta dan data terbaru yang dimiliki MS akan diserahkan kepada staf Komnas HAM demi tegaknya proses hukum dalam kasus ini," kata Mualimin.
Pada sisi lain, dia berharap KPI mulai menunjukkan dukungan kepada korban dan bersedia bekerja sama dengan Komnas HAM untuk membentuk tim investigasi independen/tim pencari fakta guna membongkar kasus ini.
"Kami harap lembaga KPI mulai menunjukkan dukungan yang tegas pada korban dan bersedia bekerja sama dengan Komnas HAM yang ingin membentuk Tim Investigasi Independen/Tim Pencari Fakta guna membongkar semua tabir di balik kasus ini," ucap Mualimin.
Â
Pengakuan Korban
Sebelumnya, kasus pelecehan dan perundungan yang dialami MS oleh sesama rekan pegawai KPI yang saat ini telah ditangani Polres Metro Jakarta Pusat. Kasus ini mencuat setelah sepucuk surat yang menceritakan MS alami pelecehan dan perundungan sepanjang 2012-2014.
"Selama 2 tahun saya dibully dan dipaksa untuk membelikan makan bagi rekan kerja senior. Mereka bersama sama mengintimidasi yang membuat saya tak berdaya. Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani rekan kerja. Tapi mereka secara bersama-sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh."
MS yang bekerja di kantor KPI Pusat sejak 2011 juga mengaku dipukul, dimaki dan direndahkan terus menerus dan berulang-ulang sehingga merasa tertekan, stres dan sakit.
"Puncaknya pada tahun 2015, mereka beramai-ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, melecehkan saya dengan mencorat-coret buah zakar saya memakai spidol. Kejadian itu membuat saya trauma dan kehilangan kestabilan emosi. Kok bisa pelecehan jahat macam begini terjadi di KPI Pusat? Sindikat macam apa pelakunya? Bahkan mereka mendokumentasikan kelamin saya dan membuat saya tak berdaya melawan mereka setelah tragedi itu. Semoga foto telanjang saya tidak disebar dan diperjualbelikan di situs online," tuturnya.
"Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stres dan merasa hina, saya trauma berat, tapi mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah. Harus begini bangetkah dunia kerja di KPI? Di Jakarta?" imbuhnya.
Â
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka
Advertisement