Gempa Nias Selatan Berdekatan dengan Pusat Lindu M8,5 yang Terjadi 1797

Gempa besar terakhir di zona ini berkekuatan magnitudo 8,5 dan memicu tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2022, 11:08 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2022, 11:05 WIB
Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Wilayah pantai Nias Selatan, Sumatera Utara, diguncang gempa bumi dengan magnitudo 6,7 hari ini pukul 04.09 WIB. Episenter gempa terletak pada koordinat 0,71° LS ; 98,50° BT dengan kedalaman hiposenter 25 km.

Kepala Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengungkapkan, pusat lindu yang terjadi saat ini pernah mengalami gempa dahsyat pada 10 Februari 1797 silam. Kala itu kekuatan gempa mencapai magnitudo 8,5.

"Gempa sebelumnya yang tercatat mulai tahun 1797 pada tanggal 10 Februari, yang mengakibatkan terjadinya tsunami dilaporkan bahwa pusat gempa pada lokasi yang kurang lebih berdekatan dengan pusat gempa saat ini. Yaitu saat itu lokasinya berada pada 1 derajat lintang Selatan dan 100 derajat bujur timur diperkirakan magnitudonya saat itu adalah 8,5. Jadi lebih besar dari yang terjadi saat ini," jelas Dwikorita dalam konferensi pers, Senin (14/3/2022).

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono jjuga mengatakan, gempa yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust segmen Mentawai-Siberut.

Hasil analisis sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas dari gempa megathrust.

"Gempa ini terletak di Zona Seismic Gap atau zona kekosongan gempa besar di Kepulauan Mentawai bagian utara," jelasnya melalui pesan singkat, Senin (14/3/2022).

Menurutnya, gempa besar terakhir di zona ini berkekuatan 8,5 skala richter atau gempa dahsyat yang terjadi pada 10 Februari 1797. Gempa tersebut memicu tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, Sumatera Utara.

Banyak rumah hanyut akibat tsunami saat itu. Bahkan, kapal besar dapat terdorong 5,5 km ke daratan. Tsunami ini juga menewaskan lebih dari 300 orang.

"Kita patut meningkatkan kewaspadaan terkait kejadian gempa pagi ini mengingat zona ini merupakan seismic gap yang sudah lebih dari 200 tahun. Apakah ini gempa pembuka atau bukan hal ini masih sulit diprediksi," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Evakuasi Mandiri

Guna mengantisipasi risiko tsunami, Daryono mengimbau masyarakat pesisir untuk melakukan evakuasi mandiri saat terjadi gempa yang lebih kuat. Caranya, menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG.

"Evakuasi mandiri adalah sebuah ikhtiar yang dapat menjamin keselamatan dari tsunam," ucapnya.

Daryono menambahkan, hingga pukul 7.30 WIB tadi belum ada laporan mengenai dampak kerusakan akibat gempa magnitudo 6,7. Hingga pukul 05.10 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi 4 kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar 6.0.

Hasil pemodelan BMKG juga menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena kekuatannya belum mampu menciptakan deformasi dasar laut untuk menimbulkan gangguan kolom air laut.

Sebagai informasi, gempa magnitudo 6,7 ini berdampak dan dirasakan di daerah Padang, Siberut, Nias Selatan, dan Gunung Sitoli dengan skala intensitas IV MMI yaitu dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.

Kemudian juga dirasakan di Padang Panjang, Bukittinggi, Pasaman Barat, Tuapejat, Pariaman dengan skala intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa seakan-akan ada truk yang berlalu.

Selain itu, getaran gempa dirasakan pula di Dhamasraya, Payakumbuh, Kerinci, Tapanuli Selatan, Pesisir Selatan, Batusangkar, Padang Pariaman, Solok dengan skala intensitas II MMI yang artinya getaran dirasakan beberapa orang dan benda-benda ringan yang bergantung bergoyang.

Reporter: Titin Supriatin/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya