Liputan6.com, Jakarta Polisi salah mengidentifikasi seorang terduga pelaku pengeroyokan terhadap pegiat media sosial, Ade Armando. Terkait itu, Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto heran teknologi pengenalan wajah atau face recognition yang digunakan polisi dalam kasus Ade Armando bisa salah.
"Udah canggih polisi kita canggih, kalau ada kekeliruan jangan-jangan ini ada something wrong, ada sesuatu yang keliru itu. Alatnya udah juara kok, jangankan wajah, retina aja kena kok, itu saya sama Pak Fadil Kapolda Metro dijelasin itu," katanya pria akrab disapa Bambang Pacul ini di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/4/2022).
Baca Juga
Sekretaris Fraksi PDIP ini lalu bercerita kecanggihan face recognition di Polda Metro Jaya. Menurutnya, sulit untuk mengelak dari kecanggihan teknologi tersebut. Alamat seseorang juga bisa langsung diketahui.
Advertisement
"Saya pernah datang ke Polda Metro saya dijelaskan alatnya canggih banget. Retina matanya bisa kita lihat disana itu, jadi kalau orang yang berbenturan di depan itu menolak, tidak bisa. Itu komplit sekali. Saya juga coba," ungkap Pacul.
"Jadi mudah-mudahan (salah tangkap) itu kesalahan error itu," tukasnya.
Sebelumnya, polisi salah mengidentifikasi seorang terduga pelaku pengeroyokan terhadap pegiat media sosial, Ade Armando. Sosok Abdul Manaf yang diumumkan dalam proses pencarian beberapa waktu lalu dipastikan tidak terlibat dalam penganiayaan itu.
Polda Metro Jaya menyebut Abdul Manaf merupakan satu di antara enam pelaku pemukulan dan pengeroyokan terhadap Ade Armando, selain M Bagja, Komar, Dhia Ul Haq, Ade Purnama, dan Abdul Latip.
Namun faktanya, Abdul Manaf bukanlah pelaku.
"Setelah kita lakukan pencocokan pemeriksaan awal ternyata Abdul Manaf itu tidak terlibat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan kepada wartawan, Rabu (13/4) malam.
Zulpan menjelaskan, Abdul Manaf ditemukan polisi di kawasan Karawang. Penyidik kemudian memeriksa dan mencocokkannya dengan orang yang ada di lokasi kejadian.
Â
Akurasi Tidak 100 Persen
Zulpan membeberkan identifikasi yang dilakukan pihaknya menggunakan teknologi face recognition atau pengenalan wajah. Namun, tingkat akurasinya tidak mencapai 100 persen pada Abdul Manaf.
Dia memaparkan, terduga pelaku yang diduga Abdul Manaf mengenakan topi saat melakukan pemukulan. Hal ini yang menyebabkan tingkat akurasinya tidak 100 persen.
"Jadi itu orangnya berbeda sedang kita cari, karena dia menggunakan topi. Yang terlihat di gambar itu di video dia pakai topi, kita cari nah kita gunakan face recognition pakai topi dengan menggunakan topi itu belum 100 persen ke Abdul Manaf yang di Karawang itu," ujar dia.
"Sehingga terbantahkan keterlibatan Abdul Manaf yang di Karawang ini," imbuh dia.Â
Zulpan menerangkan, hasil teknologi face recognition diperkuat dengan keterangan Abdul Manaf dan sejumlah saksi yang berada di sekitar kediamannya.
"Kita lakukan pemeriksaan terhadap alibi-alibi Abdul Manaf dan orang di sekitarnya pada tanggal tersebut, tanggal dan jam terjadinya pemukulan di depan DPR/MPR itu Abdul Manaf berada di Karawang. Jadi dia tidak melakukan kegiatan itu," terang Zulpan.
Dia memaparkan, penyidikan terhadap pelaku pengeroyokan Ade Armando menggunakan pendekatan Crime Science Investigation (CSI). Sejumlah teknologi dimanfaatkan, salah satunya face recognition.
Di samping itu, penyidik turut menganalisis rekaman CCTV. Alhasil teridentifikasi enam orang terduga pelaku.
"Tiga orang yang sudah kita tangkap valid sesuai identifikasi," ujar dia.
Â
Reporter: Muhammad Genantan SaputraÂ
Sumber: Merdeka.com
Advertisement