Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) menyoroti Pasar Mangga Dua di Jakarta sebagai sarang barang bajakan. Itu dikemukakan dalam laporan 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers, yang dirilis Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) pada akhir Maret 2025.
Namun tetap saja, pedagang di kawasan Mangga Dua mengaku sulit lepas dari penjualan barang-barang impor mengatasnamakan sejumlah merek (branded). Terlihat dari maraknya penjualan barang-barang seperti tas yang memakai merek Christian Dior, Miu Miu, hingga produk sepatu Nike atau Adidas dengan harga miring.
Baca Juga
Seperti dikemukakan Adi, seorang pedagang tas dan koper asal Medan yang berjualan di ITC Mangga Dua. Ia mengaku bisa bertahan 10 tahun di tempat tersebut lantaran menjual sejumlah barang impor "branded".
Advertisement
"Terkhususnya di Mangga Dua, jualannya kan hidup gara-gara barang branded-nya. Kalau dibikin untuk barang lokal sih pasti enggak hidup, enggak bisa ngejual. 99 persen barang impor semua. Kalau misalkan itu ditindak, ya mau jualan apa lagi," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (21/4/2025).
Adi mengatakan, barang-barang jualannya didapat dari Hong Kong atau China daratan. "Kalau Hong Kong kebanyakan kayak koper-koper branded. Kalau tas-tas China," sebut dia.
Ia pun belum banyak mendengar isu soal Amerika Serikat yang menyoroti Pasar Mangga Dua. Dia lebih memikirkan penjualan barang di pusat perbelanjaan tempatnya berdagang yang kian hari semakin lesu.
"Gimana ya, mungkinnya di sini udah enggak ada yang berjualan lagi, udah enggak berfungsi lagi. Mau jualan apa lagi, bakal kosong," ungkap dia.
Beberapa faktor semisal kehadiran pasar online yang menjual barang serupa, hingga penurunan daya beli masyarakat jadi penyebab.
"(Pasar online) pasti juga ngaruh, pasti. Mungkin efek ekonomi juga. Ditambah lagi isu-isu seperti ini kan makin parah," kata Adi.
Tunggu Pemerintah RI
Berbeda dengan Adi, seorang pemilik kios yang menjual produk tas dan sepatu wanita bernama Yani mengaku sudah mengetahui sorotan Amerika Serikat terhadap Mangga Dua. Namun, ia belum bisa bersikap apa-apa dan menunggu reaksi dari Pemerintah RI.
"Ya enggak bersikap apa-apa sih, soalnya kan belum ada tanggapan dari pemerintah juga," kata Yani kepada Liputan6.com.
Lebih lanjut, ia turut mengamini kelesuan pasar yang tengah dideritanya. Bahkan momen tahunan seperti Lebaran 2025 kemarin pun tak bisa menggenjot angka penjualan.
Terbukti dari penjualan tas-tas impor dari China yang ditawarkan kiosnya, hingga brand tersendiri yang diproduksi oleh pabrik milik keluarganya. "Makin lesu sih ini, justru makin sepi sih Lebaran," ucapnya.
Advertisement
Mangga Dua Square Makin Sepi
Terpisah di Mangga Dua Square, beberapa pedagang tampak lebih memikirkan sepinya calon pembeli ketimbang sorotan dari Amerika Serikat.
Seperti diungkapkan Awi, yang menjual produk tas branded dengan harga miring. Daripada memusingkan permintaan Amerika Serikat, ia lebih menyoroti banyaknya kios yang tak lagi berjualan di sekitar.
"Lu liat semua tokonya tutup. Apa yang mau ditindak. Enggak gulung tikar aja sukur. Naik aja tiap lantai, semua tinggal toko, enggak ada yang jualan. Gimana mau ditindak. Mau makan aja susah," ucap dia kepada Liputan6.com.
Awi mengatakan, beberapa barang dagangannya memang didapat dari pihak importir. Namun, produk jualannya memang sudah kurang diminati akibat barang-barang yang dipasarkan online hingga adanya pandemi Covid-19.
"Memang malnya sepi. Karena semua sebab, online bisa, karena covid bisa," ujar dia.
