Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mewanti-wanti masyarakat untuk tak terpengaruh dengan gerakan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Menurut dia, pergerakan NII saat ini sudah masuk ke tengah-tengah masyarakat dimana mahasiswa hingga aparatur sipil negara (ASN) menjadi sasarannya.
"Jangan salah, itu sudah berada di tengah-tengah kita. Siapa yang menjadi unsur-unsur yang terpengaruh? Melalui ASN, melalui aparat keamanan, melalui mahasiswa, melalui berbagai institusi dan termasuk pengusaha," jelas Moeldoko dalam sebuah video, Sabtu (23/4/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa NII merupakan sebuah gerakan ideologis yang muncul dibawah pimpinan Kartosoewirjo pada 1947. Setelah itu, NII berkembang di luar Jawa yakni, dibawah Kahar Muzakkar.
Advertisement
Moeldoko menekankan bahwa sejatinya NII tidak pernah mati dalam melanjutkan garis perjuangannya. Hanya saja, kata dia, saat ini NII memiliki pola gerakan dan strategi yang berbeda dibandingkan era-era sebelumnya.
"Sekarang gerakan yang dia kembangkan adalah perebutan heart (hati) and mind (pikiran)," ucapnya.
Menurut dia, strategi yang dijalankan NII saat ini jauh lebih dahsyat dibandingkan menggunakan senjata yang mudah ditangkap dan dikenali pelakunya. Moeldoko menyebut pergerakan NII yang menggunakan pendekatan perebutan hati dan pikiran, baiat, dan doktrin cukup sulit untuk diatasi
"Dan lebih dahsyat lagi, dia bergerak dengan cara menyembunyikan diri, taqiyyah. Dia kamuflase agar tidak dikenali dari awal sehingga dia memiliki keleluasaan untuk memengaruhi orang lain. Hati-hati, ada di tengah-tengah kita," kata Moeldoko.
Untuk itu, dia meminta masyarakat untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Hal ini agar masyarakat tak mudah terpengaruh dengan pergerakan dan strategi yang dilakukan NII.
"Jangan ada lagi kita tidak tahu bahwa sebelah ktia ternyata teroris, sungguh mengerikan," tutur Moeldoko.
Berupaya Lengserkan Presiden Jokowi
Sebelumnya, Sebanyak 16 anggota kelompok NII (Negara Islam Indonesia) jaringan Sumatera Barat (Sumbar) diamankan Densus 88 Antiteror, beberapa waktu lalu. Dari pemeriksaan, terungkap jaringan tersebut berupaya melengserkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024.
"Dari barang bukti yang ditemukan menunjukkan sejumlah rencana dipersiapkan upaya melengserkan pemerintah berdaulat sebelum Pemilu 2024," kata Aswin dalam keterangannya, Senin (18/4).
Selain itu, mereka tengah mempersiapkan senjata tajam (golok) dan juga mencari pandai besi. "Terdapat potensi ancaman," katanya.
"Adapun temuan alat bukti arahan persiapan golok tersebut sinkron dengan temuan barang bukti sebilah golok panjang milik salah satu tersangka."
Berikut sederet potensi ancaman teror dari jaringan NII Sumatera Barat:
1. Memiliki keinginan untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi Syariat Islam secara kaffah.
2. Memiliki niat untuk menggulingkan pemerintahan yang sah apabila NKRIsedang dalam keadaan kacau/chaos.
3. Melakukan berbagai kegiatan i'dad (persiapan serangan teror) secara rutin.
4. Merencanakan persiapan logistik serangan teror berupa senjata tajam (golok) serta produsen senjata tajam (pandai besi).
5. Melakukan perekrutan anggota secara masif di wilayah Sumatera Barat dengan melibatkan anak-anak di bawah umur.
6. Memiliki hubungan dengan kelompok teror di wilayah Jakarta,Jawa Barat,dan Bali.
Advertisement
Densus 88 Masih Dalami Rencana NII Sumbar Lengserkan Jokowi Sebelum Pemilu 2024
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri masih mendalami rencana kelompok Negara Islam Indonesia (NII) jaringan Sumatera Barat (Sumbar) yang diduga ingin melengserkan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelum Pemilu 2024.
"Jadi kalau bagaimana caranya itu kita akan dalami lagi cuma belum bisa kita share dulu ya sekarang," kata Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar, Jakarta, Rabu (20/4/2022).
Menurut dia, informasi rencana pelengseran itu didapat usai 16 anggota kelompok NII jaringan Sumbar diamankan Densus Antiteror 88, beberapa waktu lalu. Belasan orang ini mendapatkan informasi itu dari seorang atasannya.
"Mereka juga cuma mendapatkan keterangan seperti itu dari atasannya (NII) atau dari seseorang ya. Caranya itu adalah masih disembunyikan atau masih belum dijelaskan ke mereka dari petinggi yang lainnya atau ketua yang lainnya," ungkap Aswin.
Dia menuturkan para tersangka yang ditangkap Densus 88 di Sumbar ini hanya anggota NII di tingkat kecamatan. Sementara, petinggi-petingginya belum ditangkap.
"Kita belum sampai kepada tingkat tinggi yang ditangkap ini masih pada tingkatan kecamatan ternyata,"Â jelas Aswin.
Meski demikian, lanjut dia, Densus 88 masih berupaya untuk memetakan struktur kelompok teroris NII ini agar dapat menjaring para petingginya.
"Setelah pemeriksaan ini baru kita dapat semua istilahnya gambaran struktur cuman dia itu terputus mereka juga tidak mengetahui siapa yang diatas dia. Hanya melalui seseorang sebagai istilahnya link yang sekarang lagi kita cari juga," kata Aswin.
Klaim Jutaan Pengikut
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri masih memastikan soal klaim adanya jutaan anggota kelompok teroris Negara Islam Indonesia (NII) jaringan Sumatera Barat (Sumbar). Usai diamankan 16 orang beberapa waktu lalu.
"(Akan didalami) seperti klaim bahwa ada jutaan pengikut NII kita juga gak tau siapa yang jutaan ini dari mereka seperti itu. Memang kita akan coba dalami satu persatu," kata Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, dikutip Rabu (20/4).
Aswin mengatakan jika klaim jutaan anggota itu didapat dari pimpinan tingkat kecamatan yang diamankan beberapa waktu lalu. Dimana, disebut setiap kecamatan memiliki ribuan anggota.
"Iya. Itu kan dari si ketuanya kalau saya bilang atau ketua kecamatan itu yang menyatakan bahwa mereka punya anggota sekian 1.200 sekian. Kemudian kita crosscheck dalami nah itu hasilnya akan berkembang," sebutnya
Kendati begitu, Aswin tidak bisa menjabarkan lebih lanjut cara mereka untuk melakukan observasi sampai monitoring terhadap para Anggota aktif NII. Dia pun mengimbau untuk masyarakat tidak bergabung dengan kelompok tersebut.
"Kita tentu harapkan dengan adanya penangkapan atau penegakan hukum ini segera menghentikan dan meninggalkan ajaran dan kelompoknya ini," katanya.
Meski klaim banyaknya anggota tersebar di Sumbar, Aswin menuturkan untuk saat ini sudah banyak juga gerakan masyarakat yang menggelar seminar moderat untuk meningkatkan toleransi.
"Sekarang fenomena yang penting diangkat adalah bahwa berbondong- bondong masyarakat di sana baik dari kalangan tokoh pemuda, tokoh adat, melakukan kegiatan yang moderat lebih moderat. Bikin seminar untuk menolak sehingga seperti suatu tok untuk masyarakat disana ternyata ada ya yang kaya gini," imbuhnya.
"Sekarang mereka banyak melakukan kegiatan-kegiatan maupun pencerahan untuk meninggalkan atau untuk menolak ajakan-ajakan NII itu," tambahnya.
Advertisement