Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 104%.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.
Baca Juga
Melansir CNN, Rabu (9/4/2025) Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah China tidak menarik kembali keputusannya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang impor dari AS, dengan menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.
Advertisement
"Tiongkok ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana melakukannya," ujar Karoline Leavitt.
Trump awalnya mengenakan tarif 10% pada semua barang impor dari China pada bulan Februari 2025, tanpa pengecualian, yang dikaitkan dengan dugaan peran negara tersebut dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan obat fentanil ke AS. Bulan lalu, ia menggandakan tarif tersebut.
Sebagai informasi, China merupakan sumber impor terbesar kedua AS tahun lalu, dengan total pengiriman barang senilai USD 439 miliar ke AS, sementara AS mengekspor barang senilai USD 144 miliar ke China.
Puluhan negara juga segera melihat tarif yang lebih tinggi
Leavitt menyebut, puluhan negara lain serta Uni Eropa juga akan menghadapi tarif baru. Tarif tersebut, yang ditetapkan Trump pekan lalu, berkisar antara 11% hingga 50%.
Artikel Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari China jadi 104 Persen menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum pada Kamis (10/4/2025):
1.Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari China jadi 104%
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 104%.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.
Melansir CNN, Rabu (9/4/2025) Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 50% setelah China tidak menarik kembali keputusannya untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34% pada barang-barang impor dari AS, dengan menambahkan bea masuk tambahan sebesar 84%.
"Tiongkok ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana melakukannya," ujar Karoline Leavitt.
Trump awalnya mengenakan tarif 10% pada semua barang impor dari China pada bulan Februari 2025, tanpa pengecualian, yang dikaitkan dengan dugaan peran negara tersebut dalam membantu imigrasi ilegal dan memasukkan obat fentanil ke AS.
Bulan lalu, ia menggandakan tarif tersebut.
Sebagai informasi, China merupakan sumber impor terbesar kedua AS tahun lalu, dengan total pengiriman barang senilai USD 439 miliar ke AS, sementara AS mengekspor barang senilai USD 144 miliar ke China.
Puluhan negara juga segera melihat tarif yang lebih tinggi
Leavitt menyebut, puluhan negara lain serta Uni Eropa juga akan menghadapi tarif baru. Tarif tersebut, yang ditetapkan Trump pekan lalu, berkisar antara 11% hingga 50%.
Berita selengkapnya baca di sini
Advertisement
2. Defisit APBN per Maret 2024 Tembus Rp 104 Triliun, Sri Mulyani Bisa Apa?
Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di era Presiden Prabowo mengalami defisit Rp 104,2 triliun per 31 Maret 2025.
Angka ini mencerminkan sekitar 16,9 persen dari total defisit yang ditargetkan sepanjang tahun, yakni Rp 616,2 triliun.
Meskipun demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa angka tersebut masih berada dalam batas wajar dan aman, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 62 Tahun 2024 tentang APBN Tahun Anggaran 2025 yang telah disepakati bersama Dewan Perwakilan Rakyat diangka 2,53 persen.
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, defisit APBN dibatasi maksimal 3 persen dari PDB.
"2,53 persen itu artinya defisit Rp 616 triliun," ujar Sri Mulyani dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional, di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta Selatan, ditulis Rabu (9/4/2025).
Pendapatan Negara Belum Optimal
Defisit APBN berasal dari sisi pendapatan negara, dimana realisasi hingga akhir Maret 2025 baru mencapai Rp 516,1 triliun, atau setara 17,2 persen dari target tahunan sebesar Rp 3.005,1 triliun.
Kontribusi terbesar berasal dari sektor perpajakan, yakni sebesar Rp 400,1 triliun. Angka tersebut baru memenuhi 16,1 persen dari target penerimaan perpajakan yang ditetapkan sebesar Rp 2.490,9 triliun.
3. Perang Dagang Makin Panas: Trump Naikkan Tarif 104%, China Balas Dendam 84%
China kembali membalas kebijakan tarif impor yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump. China menaikkan tarif impor barang AS hingga lebih dari 80%.
Menurut keterangan Kantor Komisi Tarif Dewan Negara yang dikutip dari CNBC, Rabu (9/12/2025), tarif atas barang-barang AS yang masuk ke China akan naik menjadi 84% dari 34% mulai 10 April 2025.
Kenaikan ini dilakukan sebagai respons terhadap kenaikan tarif AS terbaru atas barang-barang China hingga lebih dari 100% yang dimulai pada tengah malam ini.
Kenaikan tarif yang saling berbalas ini mengancam akan menghancurkan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Menurut Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengekspor barang senilai USD 143,5 miliar ke China pada 2024, sementara mengimpor produk senilai USD 438,9 miliar.
Pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang menyeluruh minggu lalu, dan memperingatkan negara-negara lain agar tidak membalas. Beberapa negara, termasuk Jepang, tampaknya bersedia bernegosiasi mengenai tarif, tetapi Tiongkok tampaknya mengambil sikap yang lebih keras dan dengan cepat mengumumkan tarif balasan.
Advertisement
