Trump Tunda Penerapan Tarif Impor Resiprokal 90 Hari, Kecuali China

Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi menunda penerapan tarif impor respiprokal lantaran 75 negara meminta negosiasi

oleh Ilyas Istianur Praditya Diperbarui 10 Apr 2025, 08:14 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 06:26 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara buka puasa bersama di Gedung Putih pada Kamis, (27/3/2025).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara buka puasa bersama di Gedung Putih pada Kamis, (27/3/2025). (Dok. Instagram/whitehouse)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor baru sebesar 125% untuk impor dari China, yang berlaku langsung.

Keputusan ini diungkapkan melalui unggahan di platform Truth Social, dengan alasan "kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China terhadap pasar global."

Dikutip dari Euronews, Kamis (10/4/2025), dalam pernyataannya, Trump juga menyampaikan bahwa pemerintahannya memberikan penangguhan tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara mitra dagang. Namun, China secara khusus tidak termasuk dalam kebijakan penangguhan tersebut.

Trump menyebut bahwa lebih dari 75 negara telah mengajukan permintaan untuk menegosiasikan ulang perjanjian dagang sejak pengumuman paket tarif “Hari Pembebasan”.

Awalnya, ia menyiratkan bahwa penangguhan ini hanya berlaku untuk negara-negara tersebut. Namun, Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa penangguhan 90 hari berlaku untuk hampir semua negara, kecuali China, dan selama masa negosiasi akan diberlakukan tarif universal sebesar 10%.

Pasar Global Langsung Positif

Pasar global langsung merespons positif, dengan indeks Dow Jones melonjak hingga 2.000 poin hanya dalam hitungan menit setelah pengumuman tarif baru tersebut.

Rangkaian tarif terbaru dari Trump mulai berlaku setelah tengah malam, dengan rincian tarif sebagai berikut:

Pihak administrasi Ameriak Serikat berupaya menenangkan kekhawatiran para pemilih, anggota Kongres dari Partai Republik, dan para CEO dengan menyatakan bahwa tarif tersebut masih bersifat negosiasi. Namun, mereka juga menegaskan bahwa proses negosiasi ini bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Donald Trump Naikkan Tarif Impor dari China Jadi 125%

Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)... Selengkapnya

Perang dagang makin panas. Amerika Serikat (AS) dan China saling balas menaikkan tarif impor. Terbaru, pada Rabu waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan menaikkan tarif untuk barang impor dari China menjadi 125%.

Pernyataan Donald Trump ini menanggapi China yang menaikkan tarif impor barang AS menjadi 84%.

Dikutip dari CNBC, Kamis (10/4/2025), Trump menuliskan dalam media sosial Truth Social bahwa ia menaikkan tarif untuk barang impor dari China menjadi 125%. Kenaikan ini akan berlaku segera.

Selengkapnya Trump menjelaskan kenaikan tarif yang bertubi-tubi hingga menjadi 125% ini karena kurangnya rasa hormat China kepada pasar dunia.

 

75 Negara Minta Negosiasi

Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)
Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)... Selengkapnya

Dalam unggahan di media sosial yang sama, Trump juga menuliskan bahwa ia telah mengesahkan jeda tarif atau menunda selama 90 hari untuk lebih dari 75 negara yang telah berupaya bernegosiasi dengan Washington sejak paket kebijakan 'Hari Pembebasan' diumumkan.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden Trump menunda sementara tarif timbal balik untuk sebagian besar mitra dagang terbesar negara itu, tetapi tetap memberlakukan pungutan 10% pada hampir semua barang impor.

Bessent mengatakan negara-negara yang tidak membalas pengumuman tarif AS minggu lalu akan mendapat imbalan.

"Jangan membalas, dan Anda akan diberi imbalan," katanya, dikutip dari theguardian, Kamis (10/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa tarif barang-barang China telah dinaikkan karena negara tersebut melakukan eskalasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya