Fenomena Politik Filipina Dinilai Bisa Terjadi di Indonesia, Mengapa?

Ferdinand Marcos Jr terpilih menjadi Presiden Filipina. Kemenangan ini menimbulkan protes dari warganya sendiri lantaran pria yang dikenal sebagai "Bongbong" ini merupakan anak mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos Sr.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 11 Mei 2022, 15:06 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 15:06 WIB
Calon Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (AP)
Ferdinand Marcos Jr merayakan keunggulannya dalam Pilpres Filipina 2022. (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Ferdinand Marcos Jr terpilih menjadi Presiden Filipina. Kemenangan ini menimbulkan protes dari warganya sendiri lantaran pria yang dikenal sebagai "Bongbong" ini merupakan anak mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos Sr. 

Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Evi Fitriani, menilai kemenangan Marcos Jr ini bisa terjadi lantaran sistem demokrasi yang belum matang. Menurutnya, demokratisasi di Filipina sama mentahnya dengan di Indonesia sehingga banyak unsur yang tidak sempurna.

"Mungkin bedanya satu dekade dengan Indonesia, jadi banyak unsur-unsur yang tidak sempurna dan kemangan ini bagian dari ketidaksempurnaan itu," kata Evi kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu, (11/5/2022).

Evi mengatakan, budaya politik di Filipina belum menunjang sistem demokrasi, hal ini terlihat dari adanya pattern client.

"Jadi orang memilih karena uang atau mungkin karena hubungan pribadi karena persona pribadi si kandidatnya," ujarnya.

Di Filipina, kata dia, dikuasai klan-klan keluarga yang kaya dan mendominasi kongres serta parpol sejak jaman dulu seperti keluarga Acquino dan Marcos.

"Jadi walau pun markos sudah dijatuhkan, namun proses hukumnya kan tidak tuntas. Malahan dalam waktu lima tahun, keluarganya bisa come back dan anaknya bisa memulai karir politik lagi lewat anaknya ini, mulai dari gubernur, kemudian anggota senat. Sebab mereka punya pengikut yang dulu diuntungkan sejak zamannya Marcos berkuasa," kata dia.

Ditambah lagi, banyak masyarakat miskin dan tingkat pendidikan belum merata, sehingga rakyat mudah dibohongi. Terlebih dengan pemberitaan medsos yang memutar balik sejarah.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, di mana keluarga Cendana tengah berusaha membersihkan nama Presiden Soeharto.

"Nah itu kan yang dilakukan Bongbong ini kan? Seakan-akan jaman si ayahnya Bongbong ini jaman keemasan Filipina. Nah ini mirip dengan yang di Indonesia, tapi di sana mereka mulai dari bawah, dari gubernur dan anggota senat, Markos Junior ini aktif tapi kan beda dengan di Indonesia yang keluarga Cendana tiba-tiba mau jadi ke kancah nasional," kata Evi.

Sehingga, kata Evi, tidak menutup kemungkinan pilpres yang terjadi di Filipina juga bisa teradi di Indonesia. 

"Bisa jadi, Amerika kan jaman Trump juga begitu karena mereka hire PR yang begitu bagus dan mau melakukan pembohongan politik seperti itu. Pada Indonesia sendiri juga sudah mulai terjadi dari pemilu beberapa pemilu sebelumnya, hoaks banyak sekali," ujarnya.

Untuk itu, dia meminta masyarakat Indonesia lebih cerdas serta peran media yang tidak disetir oleh kelompok-kelompok tertentu. 

"Karena kasus di Filipina ini yang banyak main ini media alterinatif yang disebar kelompoknya Bongbong dengan kekuatan uang mereka melakukan itu. Jadi media ini diperkuat, kelompok sipil diperkuat untuk membuat counter narasi," tandas Evi.

Menuai Protes Warga

Selasa 10 Mei 2022 ratusan warga Filipina menggelar protes di Manila. Aksi tersebut terjadi setelah komisi pemilihan Filipina (COMELEC) mengukuhkan keputusan sebelumnya yang menolak petisi untuk mendiskualifikasi Ferdinand Marcos Jr dari pemilihan presiden.

Ferdinand Marcos Jr, yang lebih dikenal sebagai "Bongbong", merupakan anak mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos Sr. Ia mengalahkan saingan beratnya Leni Robredo dan menjadi kandidat pertama dalam sejarah baru-baru ini yang memenangkan mayoritas langsung dalam pemilihan presiden Filipina.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (11/5/2022), COMELEC mengukuhkan penolakannya terhadap pengaduan-pengaduan yang diajukan oleh berbagai kelompok, termasuk para korban darurat militer, yang berusaha menghalangi Marcos Jr bersaing dalam Pilpres Filipina atas tudingan melakukan penggelapan pajak pada 1995.

"Sudah banyak kasus diskualifikasi yang diajukan, sudah banyak bukti yang diajukan terhadap Marcos Jr. Semua itu kebenaran. Ada putusan Mahkamah Agung, ada laporan dari berita lokal, ada laporan dari berita internasional. Semua bukti itu diabaikan, seolah-olah mereka bahkan tidak mengingat apa yang terjadi selama darurat militer dan mengabaikan perasaan orang-orang," ujar seorang demonstran bernama Gillain de Gorostiza. 

Kemenangan Marcos Jr dalam pemilu Filipina 2022 pada Senin 9 Mei semakin terlihat pasti, setelah sekitar 98% surat suara yang memenuhi syarat dihitung. Sejauh ini ia telah meraih hampir 31 juta suara, atau dua kali lipat dari Robredo.

Hasil resmi pemilihan diperkirakan akan diumumkan sekitar akhir Mei 2022.

Ferdinand Marcos Jr di Puncak Kemenangan dalam Pemilu Filipina

Ferdinand Marcos Jr, putra dan senama mendiang diktator, berada di ambang memenangkan pemilihan presiden Filipina dengan telak, menurut hasil awal dan tidak resmi, berpotensi mengembalikan dinasti Marcos ke Istana Malacañang 36 tahun setelah keluarga melarikan diri dari pemberontakan massal.

Dengan lebih dari 95% suara dihitung, Marcos Jr memiliki sekitar 30 juta suara, lebih dari dua kali lipat saingan terdekatnya, Wakil Presiden Leni Robredo, yang memiliki sekitar 14 juta suara, menurut penghitungan parsial dan tidak resmi dari Komisi Pemilihan Umum (Comelec). Demikian seperti dikutip dari laman CNN, Rabu (11/5/2022). 

Hasil resmi, bagaimanapun, bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk dikonfirmasi .Dikenal sebagai "Bongbong" di Filipina, Marcos Jr adalah putra Ferdinand Marcos Sr, yang pemerintahannya selama 21 tahun ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi yang meluas. 

Analis mengatakan kebangkitan Marcos Jr adalah puncak dari upaya selama puluhan tahun untuk mengubah citra nama dan citra keluarga Marcos, yang terbaru melalui media sosial.

Mantan senator itu berterima kasih kepada para pendukungnya atas kepercayaan mereka kepadanya dalam pidato Senin malam.

"Meskipun penghitungan belum selesai, saya tidak sabar untuk berterima kasih kepada Anda semua ... kepada mereka yang membantu, kepada mereka yang bergabung dengan perjuangan kami, kepada mereka yang berkorban," katanya.

Calon wakil presiden Marcos Jr adalah Sara Duterte Carpio, putri pemimpin populis Rodrigo Duterte. 

Kampanye Marcos

Marcos Jr mengaitkan kampanyenya dengan warisan ayahnya, dengan slogannya "bangkit kembali" menyentuh nostalgia beberapa orang yang melihat periode di bawah Marcos Sr sebagai era keemasan bagi negara.

Pendukung keluarga Marcos mengatakan periode itu adalah masa kemajuan dan kemakmuran, yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur utama seperti rumah sakit, jalan, dan jembatan.

Para kritikus mengatakan itu adalah ilusi dan proyek-proyek itu didorong oleh korupsi yang meluas, pinjaman luar negeri, dan utang yang membengkak.Puluhan ribu orang dipenjara, disiksa atau dibunuh selama periode darurat militer dari tahun 1972 hingga 1981, menurut kelompok hak asasi manusia.

Komisi Kepresidenan Filipina untuk Tata Kelola yang Baik (PCGG), yang ditugaskan untuk memulihkan kekayaan keluarga dan rekanan mereka yang tidak sah, memperkirakan sekitar $ 10 miliar dicuri dari orang-orang Filipina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya