Saat Bung Karno Minta Uni Soviet Benahi Masjid di Saint Petersburg

Bung Karno mendapat julukan sebagai arsitektur kemerdekaan bangsa-bangsa. Hal itu salah satunya terlihat saat Bung Karno berkunjung ke Saint Petersburg di masa Uni Soviet.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 03 Jul 2022, 16:26 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2022, 16:26 WIB
Seskab Pramono Anung bersama lukisan Bung Karno
Seskab Pramono Anung bersama lukisan Bung Karno. (Dok PDIP)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno pernah mengunjungi Uni Soviet, tepatnya di Kota Saint Petersburg. Kala itu, Bung Karno melihat sebuah masjid yang menggugah dirinya untuk singgah dan beribadah. 

Namun betapa kagetnya dia, saat masjid tersebut terlihat kurang sakral layaknya tempat ibadah. Cerita ini disampaikan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani saat menggelar diskusi umum bertema 'Bung Karno: Arsitek Kemerdekaan Bangsa-Bangsa' di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Minggu (3/7/2022).

Kepada pemerintah Uni Soviet, kata Puan, Bung Karno lantas meminta agar masjid di Kota Saint Petersburg itu bisa dikembalikan ke fitrahnya. Sebab, menurut kabar beredar yang ia dengar, masjid itu sudah menjadi kandang kuda dan tempat penyimpan senjata.

“Ketika menyinggahi masjid di Sanit Petersburg yang tidak terurus, lalu atas permintaan Bung Karno, masjid biru diserahkan kembali kepada umat Islam di Uni Soviet (kini Rusia) untuk dirawat dan dijadikan tempat ibadah yang sakral. Itulah hebatnya Bung Karno sebagai arsitek kemerdekaan bangsa-bangsa,” kata Puan.

Puan menambahkan, jejak-jejak arsitektur Bung Karno di banyak belahan dunia yang disinggahi memiliki konteksnya masing-masing. Dia meyakini, Bung Karno tengah mencoba membangun jembatan yang menghubungkan antar bangsa-bangsa. 

“Bung Karno dinilai berhasil menghubungkan para bangsa untuk dapat bergaul antarsatu sama lain dengan cara yang akrab,” kata Puan bangga.

Puan meyakini, bangsa Indonesia dapat melacak semangat Bung Karno untuk membangun tatanan dunia baru sesuai dengan keinginannya sejak muda untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. 

“Jika kita membaca pleidoi Bung Karno yaitu Indonesia menggugat pada 1930 yang menentang kolonialisme dan imperialisme, dan kita membaca pidatonya di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada 1 Juni 1945, menginginkan dasar falsafah dan ideologi negara Indonesia yang merdeka berdasarkan Pancasila, maka terlihat kesinambungan pemikiran tentang tatanan dunia baru yang beliau perjuangkan,” kata Puan menutup.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya