Jokowi: Jangan Tiap Tahun Punya Anak, Diatur Jaraknya

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan masyarakat untuk mengatur jarak kelahiran anak.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 07 Jul 2022, 14:25 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2022, 14:25 WIB
Kunjungi Pasar Alasan di Nias, Jokowi Berbelanja Pisang dan Bagikan Bantuan PKH.
Kunjungi Pasar Alasan di Nias, Jokowi Berbelanja Pisang dan Bagikan Bantuan PKH. (Biro Kantor Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan masyarakat untuk mengatur jarak kelahiran anak.

Dia mengatakan masyarakat diperbolehkan memiliki anak lebih dari satu, namun sebaiknya tidak setiap tahun.

"Jadi ibu-ibu ini boleh mempunyai anak satu, boleh? Anak dua boleh? Anak tiga boleh? Tiga enggak boleh? Benar boleh, tapi jaraknya diatur, lebih dari tiga tahun, jangan tiap tahun punya anak, lebih dari tiga tahun diatur," kata Jokowi dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional di Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (7/7/2022).

Menurut dia, pengaturan jarak anak ini akan berdampak baik terhadap kondisi ibu. Selain itu, orang tua dapat fokus memperhatikan gizi dan menyiapkan pendidikan anak.

"Sehingga ibu sudah pulih, gizinya baik, boleh punya anak lagi dan paling penting menyiapkan pendidikannya agar menjadi SDM generasi penerus yang berkualitas," jelas Jokowi.

Dia menekankan bahwa anak-anak merupakan penentu wajah masa depan Indonesia. Untuk itulah, kata dia, anak-anak pentinh diberikan gizi dan nutrisi yang baik agar tak mengalami stunting.

"Kalau anak-anak kita pintar-pintar, cerdas kita bersaing dengan negara lain itu mudah. Tapi kalau anak kita stunting, gizinya enggak baik, nutrisinya enggak tercukupi. Ah, sudah nanti ke depan bersaing dengan negara-negara lain akan sangat kesulitan," jelas Jokowi.

Dia menyampaikan bahwa pada 2014 persentase stunting Indonesia berada di angka 37 persen. Namun, kini angka stunting di Indonesia turun drastis menjadi 24,4 persen.

"Di 2021 angka 24,4 persen penurunannya sangat drastis tapi target kita di 2024 harus mencapai 14 persen," ucap Jokowi.

 


Minyak Makan Merah

Sebelumnya, Jokowi meninjau proses penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Kampung Baru, Kota Medan, Kamis (7/7/2022).

Minyak makan merah sendiri merupakan inovasi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional dalam membantu pencegahan stunting atau kekerdilan dari masyarakat.

"Minyak makan merah ini tidak hanya bisa berfungsi untuk menggoreng, tapi bisa juga untuk suplemen untuk membantu masyarakat kita dari stunting karena nilai gizi dari minyak makan merah ini sangat besar dibanding dengan minyak goreng yang beredar di pasaran," kata Kepala PPKS Edwin Lubis dalam keterangannya, Kamis.

Menurut dia, keunggulan dari minyak makan merah tersebut terletak pada nilai gizi dan kandungan pro-vitamin A dan E yang lebih tinggi dari minyak goreng pada umumnya.

Dalam pengolahannya, Edwin menyebut PPKS menggunakan teknologi sederhana dengan mempertahankan nutrisi di dalamnya.

"Keunggulan dari minyak makan merah ini adalah gizi atau kandungan vitamin A dan vitamin E lebih tinggi karena kita mengutamakan nutrisi dalam pengolahannya," jelas Edwin.

 


Mudah Dikembangkan

Dia menjelaskan bahwa produksi minyak makan merah ini dapat dikembangkan oleh koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) karena nilai investasi yang lebih kecil dibandingkan pabrik minyak goreng komersial.

Selain itu, kata Edwin, biaya logistik dari produksi minyak makan merah ini juga kecil.

"Ini diharapkan dibangun di sentra atau di daerah-daerah pedesaan sehingga pasti akan lebih murah karena biaya logistiknya bisa dikatakan tidak ada," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya