Tragedi Kanjuruhan, Komisi X: Stop Kompetisi dan Bentuk Tim Independen Pencari Fakta

Huda mempertanyakan penggunaan gas air mata dalam upaya pengendalian suporter yang anarkis di pertandingan Arema vs Persebaya tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Okt 2022, 08:31 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2022, 08:26 WIB
Arema Vs Persebaya
Kericuhan pertandingan BRI Liga 1 2022/2023 hari Sabtu (01/10/2022) antara Arema Malang versus Persebaya Surabaya. Tampak para pemain Arema harus dilindungi pihak kepolisian untuk meninggalkan lapangan. (Iwan Setiawan/Bola.com)

 

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya Surabaya menewaskan sedikitnya 127 orang. Pemerintah pun diminta menghentikan seluruh kompetisi dan membentuk tim independent untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

“Tragedi di Stadion Kanjuruhan ini merupakan salah satu peristiwa terburuk dalam sejarah Sepak Bola dunia. Pemerintah harus tegas menghentikan semua kompetisi sepak bola dan membentuk tim independent untuk mengusut tuntas kasus tersebut,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).

Huda mengatakan Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang ini hanyalah puncak dari rentetan kejadian jatuhnya korban di Kompetisi Sepak Bola di Indonesia. Sebelum insiden Kanjuruhan, kompetisi Sepak Bola di Indonesia telah meminta korban nyawa baik di dalam maupun di luar stadion.

“Kami sudah berulang kali mengingatkan tidak ada sepak bola yang seharga nyawa manusia. Bergulirnya kompetisi sepak bola pasca-pandemi telah meminta banyak korban. Di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, lalu di Yogyakarta. Tetapi respons pemerintah biasa saja. Tidak ada pembenahan serius dalam pengendalian suporter maupun keamanan di dalam dan luar stadion,” tukasnya.

Huda mempertanyakan penggunaan gas air mata dalam upaya pengendalian suporter yang anarkis di pertandingan Arema vs Persebaya tersebut. Menurutnya berdasarkan pedoman 'FIFA Stadium Safety and Security Regulation' pasal 19 poin B disebutkan tidak boleh sama sekali penggunaan senjata api dan gas air mata untuk pengendalian massa.

“Tapi kenapa ini masih digunakan dalam SOP pengamanan suporter di Indonesia,” katanya.

Huda menilai pemerintah harus bersikap tegas dengan menghentikan seluruh roda kompetisi di Indonesia. Menrutnya harus ada tim independent pencari fakta untuk mengusut tuntas kasus ini.

“Apa pemicu utama peristiwa ini, apakah ada provokasi sehingga massa tidak terkendali, apakah ada pelanggaran SOP pengamanan oleh petugas di lapangan, bagaimana jalur evakuasi di stadion, hingga manajemen pengelolaan suporter merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh tim independent pencari fakta,” katanya.

 


Desak Pemerintah Benahi Manajemen

Hasil temuan tim independent ini, kata Huda, bisa menjadi rekomendasi terkait apa langkah mendesak yang harus dilakukan pemerintah dalam membenahi manajemen kompetisi sepak bola di Indonesia. Selain itu tim independent ini juga bisa mencari tahu secara objektif siapa saja pihak-pihak yang bertanggungjawab atas peristiwa memilukan tersebut.

“Harus ada yang bertanggung jawab atas peristiwa ini. Jangan sampai peristiwa ini berlalu begitu saja dengan dalih adanya Tindakan anarkis dari suporter,” katanya.

Legislator PKB asal Jawa Barat ini pun meminta agar Presiden Joko Widodo langsung turun tangan memastikan proses investagasi Tragedi Kanjuruhan ini. Menurutnya penanganan dan respons peristiwa tersebut akan menjadi pesan kepada dunia jika Indonesia serius membenahi pengelolaan sepak bola di tanah air.

“Peristiwa ini pasti menjadi sorotan dunia, karena Tragedi Kanjuruhan ini lebih buruk dari Tragedi Hillsborough, Inggris dan Tragedi Hesysel, Belgia,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya