Liputan6.com, Jakarta - Waketum NasDem Ahmad Ali mengatakan pihaknya bersama PKS sedang mesra-mesranya membangun koalisi Pilpres 2024. Ali tidak yakin dengan isu PKS ditawari dua jatah menteri di kabinet Presiden Joko Widodo agar menarik dukungan terhadap Anies Baswedan. Menurutnya isu-isu tersebut tidak bertanggung jawab.
"Hari ini sih banyak berseliweran isu-isu yang menurut saya tidak bertanggung jawab dan tidak perlu ditanggapi. Yang jelas bahwa hari ini Nasdem, PKS, itu lagi mesra-mesranya berdiskusi untuk bangun koalisi," ujar Ali, Jumat (28/10/2022).
Baca Juga
Ali mengaku tidak tahu informasi PKS ditawari kursi menteri tersebut. Ia enggan menanggapi lebih lanjut.
Advertisement
Namun, NasDem yakin PKS tidak akan berubah sikap untuk mendukung Anies Baswedan. Apalagi berbagai survei menyebutkan pendukung PKS juga mendukung Anies.
"PKS juga sadar kok, kalau mereka tahu lah bagaimana implikasi yang terjadi pada partai itu karena pendukung PKS ini kan kalau kita lihat beberapa survei itu mayoritas mendukung Anies. Jadi, pasti akan berdampak, dan PKS sadar betul dengan hal itu pastinya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, PKS ditawari dua kursi menteri oleh Istana. Seorang politikus membocorkan isi rapat tim kecil NasDem, Demokrat dan PKS bersama Anies. PKS menolak mentah-mentah tawaran kursi menteri dari Istana itu
"PKS menolak," kata sumber ini.
Melihat adanya godaan tersebut, karena itu, dalam pertemuan yang juga dihadiri Sudirman Said bersepakat, Koalisi Perubahan perlu perkuat parlemen.
Kata sumber ini, tidak bisa cawapres Anies Baswedan dari luar non parpol. Bisa memicu resisten partai politik. Sehingga muncul dua calon yakni Ahmad Heryawan (Aher) dari PKS dan Agus Harimurti Yudhoyoho (AHY) dari Demokrat.
Perwakilan PKS Sambangi Jokowi
Juru Bicara PKS Muhammad Kholid mengakui, mendengar kabar ada perwakilan PKS ke Istana bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Namun Kholid mengatakan, membuka komunikasi dengan pemerintah sebagai partai oposisi merupakan hal yang biasa.
"Kalau kami dengar memang ada komunikasi," ujar Kholid dalam diskusi yang digelar Lembaga Survei KedaiKopi di Jakarta, Minggu (23/10).
Kholid mengatakan, tawaran dari Jokowi agar PKS bergabung dengan kabinet merupakan hal yang biasa. Sejak periode pertama Jokowi, PKS telah ditawari kursi kabinet.
"Coba bayangkan kalau PKS juga bergabung, lalu siapa yang menjadi kekuatan oposisi?" imbuh Kholid.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement