Angka Stunting Kota Tangerang Turun Jadi 11,8 Persen

Angka stunting di Kota Tangerang terus menurun selama lima tahun berturut-turut. Pemkot Tangerang menargetkan bisa menurunkan masalah stunting hingga di angka 5 persen.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 04 Feb 2023, 13:03 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2023, 13:03 WIB
BRI Peduli Saluran Bantuan Cegah Stunting
Ilustrasi - Warga antre untuk pemeriksaan pada kegiatan CSR BRI Peduli Stunting di Posyandu Batu Jaya, Batu Ceper, Kota Tangerang, Rabu (25/01/2022). Paket Antropometri Kit untuk setiap Posyandu/Puskesmas terdiri dari timbangan digital, pita LILA dan thermogun. (Liputan6.com/HO/Humas BRI)

Liputan6.com, Tangerang - Kota Tangerang dinilai berhasil menurunkan angka stunting selama lima tahun berturut-turut, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.

Penurunan angka stunting di Kota Tangerang selama lima tahun tersebut dinilai Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) sangat baik, yakni sebesar 11,8 persen.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang, Decky Priambodo mengungkapkan, awal mula di 2018, angka stunting di wilayah tersebut mencapai 19,1 persen, lalu menurun menjadi 16,4 persen di 2019, dan 15,3 persen 2021.

"Alhamdulillah Kota Tangerang angka stunting mengalami penurunan menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), dan 2022 ini mencapai 11,8 persen. Ini masih di bawah angka stunting Nasional 21,6 persen dan Provinsi Banten 20 persen,” ujar Decky.

Meski begitu, Pemkot Tangerang tak ingin berpuas diri, sebab Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menargetkan pemerintahannya bisa menurunkan lagi angka stunting hingga ke angka 5 persen.

"Target kami angka stunting di Kota Tangerang bisa ditekan hingga di bawah 5," ujar Arief.

 

Penanganan Dimulai dari Pra-Nikah

Target tersebut tentu bisa dicapai dengan berbagai strategi yang melibatkan semua unsur di pemerintahan daerah dan juga masyarakat.

Seperti, program penanganan stunting dilakukan mulai dari langkah preventif hingga kuratif sejak pasangan pra-nikah hingga proses tumbuh kembang 1.000 hari pertama kehidupan bayi.

"Intervensi dilakukan mulai dari edukasi bagi remaja, pelatihan dan pendampingan oleh kader hingga pelayanan balita stunting," katanya.

Bukan hanya itu saja, kembali lagi ke akarnya, permasalahan stunting ini tentunya berhubungan dengan beberapa OPD. Penanganan stunting dimulai dari remaja khususnya wanita dalam edukasi terkait anemia dengan melibatkan Dinas Pendidikan serta Dinas Kesehatan, dan pihak-pihak lain. 

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya