Liputan6.com, Jakarta Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Polteknaker tahun akademik 2023/2024 resmi dimulai pada Senin (21/8/2023). Kegiatan PKKMB tahun ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 26 Agustus 2023 dan diikuti sebanyak 99 orang mahasiswa baru dari tiga program studi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi menyatakan rasa senangnya atas animo pendaftar ke Politeknik Ketenagakerjaan. Dari jumlah 14.836 orang pendaftar, hanya 99 orang yang diterima kampus. Menurutnya, hal tersebut menandakan terjadi progres yang signifikan di Polteknaker.
Baca Juga
"Animo pendaftar ke Polteknaker luar biasa. Ini progres yang sangat signifikan. Dari jumlah 14.836 orang pendaftar dan hanya diterima 99 orang. Rasionya 1 dibanding 150 orang," kata Sekjen Anwar saat membuka Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Polteknaker tahun akademik 2023/2024 pada Senin (21/8/2023) di Ruang Tridharma Polteknaker Jakarta Timur.
Advertisement
Anwar menambahkan besarnya jumlah pendaftar menjadi sebuah prestasi yang patut dibanggakan dan disyukuri.
"Ini prestasi yang patut disyukuri karena Polteknaker relatif baru yang memang dihadirkan untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan dan untuk merespons dengan sebaik-baiknya," ucapnya.
Sebanyak 99 orang mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan PKKMB tahun ini berasal dari tiga program studi, yaitu Program Studi Relasi Industri sebanyak 33 orang, Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebanyak 33 orang, dan Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia sebanyak 33 orang.
Ia menyampaikan bahwa Indonesia akan menghadapi bonus demografi di mana penduduknya didominasi usia produktif. Dalam bonus demografi tersebut mendatangkan kesempatan, tantangan, dan persoalan.
"Ketiganya hadir bersamaan. Tantangan harus direspons, persoalan harus dijawab, dan kesempatan harus kita gunakan. Tiga-tiganya harus mendapat reaksi yang baik," ucapnya.
Bonus Demografi
Menurutnya, jika Indonesia mampu merespons bonus demografi, maka akan menjadi negara besar. Hal tersebut sebagaimana yang terjadi pada Jepang dan Korea Selatan.
"Negara yang bisa mentransformasi bonus demografi menjadi bonus ekonomi, bukan bonus demografi yang menjadi beban ekonomi, salah satu ya adalah Jepang," ucapnya.
(*)
Advertisement