3 Dampak dari Kebakaran Hutan di Jambi, ISPA Meningkat hingga Siswa Kembali Belajar Daring

Dinas kesehatan Kota Jambi mencatat kurang lebih 7.717 masyarakat terpapar ISPA dalam kurun bulan september 2023 akibat kebakaran hutan dan lahan.

oleh Rifqy Alief Abiyya diperbarui 21 Okt 2023, 08:01 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2023, 16:01 WIB
Kabut Asap di Jambi
Petugas pemadam Karhutla berjibaku memadamkan Karhutla di lahan gambut Kabupaten Tanjung Jabung Timur. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jakarta Dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Jambi masuk ke tahap yang mengkhawatirkan. Hal ini berdampak kepada banyaknya masyarakat yang terpapar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Dinas kesehatan Kota Jambi mencatat kurang lebih 7.717 masyarakat terpapar ISPA dalam kurun bulan september 2023. Kasus semakin meningkat seiring semakin buruknya kualitas udara.

"Kasus ISPA bulan September terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan bulan Agustus sebelumnya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi M Taufik di Jambi, Senin, 2 Oktober 2023. 

Kualitas udara di Jambi pada pagi hari juga dinilai berada pada level yang tidak sehat. Dinas Lingkungan Hidup Jambi menyebut, indeks pencemaran udara (ISPU) pukul 08.00-09.00 WIB menunjukan kategori tidak sehat dengan particulate metter 2,5.

"Makanya di luar baunya (asap) sudah menyengat di hidung," kata Kepala Dinas DLH Kota Jambi Ardi.

Dengan kondisi udara seperti ini dengan PM 2,5 dilaporkan bisa masuk ke paru-paru yang dapat mengakibatkan iritasi paru, batuk, hingga pilek.

Sementara itu, seiring semakin buruknya kualitas udara akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan, Pemerintah Kota Jambi mengeluarkan kebijakan merumahkan pelajar sekolah tingkat PAUD, TK, SD, dan SMP, jadi sistem belajar daring.

Berikut sederet fakta dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jambi hingga mengakibatkan banyak masyarakat terkena ISPA dihimpun oleh Liputan6.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Masyarakat Terkena ISPA Meningkat Signifikan

Karhutla
Perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, mengalami kebakaran pada tahun 2019. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Dinas Kesehatan Kota Jambi mencatat sebanyak 7.717 warga di kota ini terpapar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam kurun waktu bulan September 2023. Kasus ISPA dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan seiring polusi kabut asap yang semakin tebal dan buruk.

 

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi M Taufik menjelaskan, kasus ISPA yang tercatat tersebut berdasarkan kunjungan pasien di fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Rata-rata harian, kasus ISPA yang tercatat oleh Dinkes mencapai 350 kasus.

Sementara itu, jumlah kasus ISPA di Kota Jambi pada bulan Juli mencapai 5.310 kasus. Sedangkan, pada bulan Agustus meningkat menjadi 5.477. Kasus ISPA yang melonjak relevan dengan kualitas udara di Jambi dengan konsisten di angka berbahaya atau kategori tidak sehat.

Dinkes Kota Jambi, M Taufik mengatakan bahwa pihaknya telah menyiagakan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan paling bawah. Pada hari libur, petugas kesehatan diminta tetap siaga menerima pasien keluhan infeksi pernapasan.

Taufik pun mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker ketika melakukan kegiatan di luar rumah.

 


2. Kualitas Udara Semakin Buruk

Karhutla Jambi
Seorang anak mengenakan masker saat bermain di lokasi lahan perusahaan bekas kebakaran hutan di wilayah Kumpeh, Muaro Jambi. Foto diambil tahun 2019. (Liputan6.com / Gresi Plasmanto)

Polusi akibat kebakaran hutan dan lahan semakin berdampak buruk dan masuk ke tahap mengkhawatirkan.

Berdasarkan stasiun Air Quality Monitoring System (AQMS) Provinsi Jambi, Indeks Pencemaran Udara (ISPU) dalam satu minggu terakhir menunjukan kualitas udara tidak sehat. 

Dinas Lingkungan Hidup Jambi menyebut, indeks pencemaran udara (ISPU) pukul 08.00-09.00 WIB menunjukan kategori tidak sehat dengan nilai 132 dan particulate metter 2,5.

"Makanya di luar baunya (asap) sudah menyengat di hidung," kata Kepala Dinas DLH Kota Jambi Ardi.

Kondisi udara seperti ini dengan PM 2,5 bisa masuk ke paru-paru yang mengakibatkan iritasi paru, batuk, hingga pilek.

"PM 2,5 menjadi parameter kritisnya, karena PM 2,5 ini bisa mendeteksi partikel-partikel kecil," ujar Ardi.


3. Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Daring

Karhutla Gambut
Kondisi kebakaran di lahan gambut di area konsesi perkebunan sawit di Muaro Jambi tahun 2019. (Liputan6.com / Gresi Plasmanto)

Dampak dari kabut asap yang semakin memburuk tidak hanya berimbas kepada banyak masyarakat yang terpapar ISPA, tetapi juga berdampak kepada sektor pendidikan.

Seiring semakin buruknya kualitas udara akibat kabut asap karhutla. Pemerintah Kota Jambi mengeluarkan kebijakan merumahkan pelajar sekolah tingkat, PAUD, TK, SD, dan SMP, jadi sistem belajar daring.

Melalui surat edaran PK.02.01/2770/Disdik/2023 tanggal 1 Oktober 2023 tentang Pelaksanaan Kegiatan Belajar pada masa bencana kabut asap di Kota Jambi, mengimbau kepada sekolah tetap memberikan materi pembelajaran kepada murid.

"Polusi kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan dalam sepekan terakhir sudah menyebabkan udara di Kota Jambi tidak sehat. Kami memutuskan untuk aktivitas belajar dan mengajar dari rumah mulai hari Senin 2 Oktober hingga 4 Oktober 2023," kata Juru Bicara Pemkot Jambi Abu Bakar melalui keterangan resminya di Jambi, Minggu, 1 Oktober kemarin. 

Dengan metode daring ini, Pemkot menghimbau orang tua untuk mengawasi anaknya supaya tidak bermain di luar rumah selama belajar daring.

"Kepada masyarakat kami imbau untuk mengurangi aktivitas luar ruang, terutama bagi anak-anak selama sekolah daring berlangsung. Penting untuk kembali menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruang, terutama saat kualitas udara buruk," ujar Abu Bakar. 

INFOGRAFIS JOURNAL_ 10 Provinsi di Indonesia dengan Hutan Riskan Kebakaran
INFOGRAFIS JOURNAL_ 10 Provinsi di Indonesia dengan Hutan Riskan Kebakaran (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya