Tradisi Asal Jambi yang Masih Terus Dilestarikan

Mengutip dari eventdaerah.kemenparekraf.go.id, Jambi dijuluki sebagai Bumi Melayu. Menurut sejarah yang terangkum dalam buku Provinsi-Provinsi di Indonesia karya D. Surya (2012: 182), Kota Jambi adalah asal usul dari Bangsa Melayu. Bangsa tersebut berasal dari Kerajaan Melayu yang berlokasi di Batang Hari, Jambi

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Feb 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 00:00 WIB
mandi safar
Warga kampung Terih Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Batam menggelar tradisi mandi safar untuk menjauhkan dari bala. (foto: Liputan6.com/ajang nurdin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jambi - Jambi dihuni oleh masyarakat dari beragam suku, mulai dari suku Kerinci, suku Batin, suku Penghulu, suku Anak Dalam (Kubu), suku Bajau, dan suku Pindah. Tak heran jika terdapat banyak tradisi asal Jambi yang masih terus dilestarikan hingga sekarang.

Mengutip dari eventdaerah.kemenparekraf.go.id, Jambi dijuluki sebagai Bumi Melayu. Menurut sejarah yang terangkum dalam buku Provinsi-Provinsi di Indonesia karya D. Surya (2012: 182), Kota Jambi adalah asal usul dari Bangsa Melayu. Bangsa tersebut berasal dari Kerajaan Melayu yang berlokasi di Batang Hari, Jambi.

Berikut ragam tradisi Jambi yang masih dilestarikan hingga sekarang:

1. Tradisi Kenduri Sko

Kenduri sko adalah tradisi turun temurun dari masyarakat Kabupaten Kerinci, Jambi. Tradisi ini digelar setiap lima tahun sekali sebagai perayaan panen padi.

Kenduri berarti pesta atau perayaan, sedangkan sko berasal dari kata saka yang berarti leluhur dari pihak ibu. Makna tradisi ini adalah sebagai wujud rasa syukur atas panen padi yang berlimpah.

Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga dianggap sebagai sarana penguatan tali persaudaraan antar masyarakat setempat. Umumnya, tradisi kenduri sko diawali dengan penyembelihan kerbau.

Selanjutnya, para ibu akan menyiapkan hidangan untuk tamu yang datang ke rumah mereka. Setelah itu, ada upacara penyucian benda pusaka dengan cara mengusapkan air limau pada permukaan benda pusaka.

Upacara dilanjutkan dengan penampilan tari asyeik, tarian untuk mengundang arwah leluhur. Ketua adat akan merapalkan mantra-mantra kuno khusus.

2. Tradisi Mandi Safar

Tradisi mandi shafar adalah sebuah tradisi atau upacara yang berlangsung pada bulan Safar, tepatnya setiap malam Rabu di minggu terakhir. Dalam pelaksanaannya, para warga akan melakukan prosesi siraman.

Upacara ritual ini dikembangkan di Desa Air Hitam Laut, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Biasanya, warga akan menggunakan gayung yang terbuat dari kayu.

Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ini dapat memberikan berkah bagi kehidupan. Tradisi mandi safar dipercaya dapat menghindarian diri dari berbagai musibah.

 

Upacara Adat Kumau

3. Upacara Adat Kumau

Upacara adat kumau memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan kegiatan pertanian. Umumnya, upacara ini dilakukan saat musim hujan.

Upacara adat kumau digelar sebagai bentuk harapan dari para petani diberikan keselamatan dalam mengelola sawah. Makna dan tujuan lainnya adalah untuk meminta agar tanaman padi bisa tumbuh subur.

Upacara ini dilaksanakan melalui lima tahapan. Prosesnya diawali dengan pemberitahuan kepada penduduk desa untuk berkumpul di rumah adat.

Kemudian, masyarakat melaksanakan ngapak jambe atau membuka lahan. Prosesi dilanjutkan dengan penyiraman benih, yang nantinya akan disemai, oleh pemangku adat.

Selanjutnya, para petani melakukan nyambau beneih atau menebar benih pada lahan semaian. Prosesi upacara ini ditutup dengan memasang pupuh yang ditanam di tengah persemaian.

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya