Liputan6.com, Jakarta - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir sejak 2021 hingga 2023 pihaknya telah berhasil menangkap ratusan tersangka teroris. Penangkapan dilakukan guna mencegah adanya kemungkinan aksi teror di masyarakat.
Juru bicara Densus 88, Kombes Pol Aswin Siregar menyebut dari data tiga tersebut, telah terjadi penurunan tren kejadian teror dan tersangka. Hal itu terlihat dari jumlah hasil tangkapan tersangka dilakukan di beberapa kota.
Baca Juga
"Terdapat tren penurunan kejadian teror dan pelaku tindak pidana terorisme dalam 3 tahun terakhir," kata Aswin dalam keteranganya, Kamis (2/11/2023).
Advertisement
Dimana, pada tahun 2021 tercatat ada 370 tersangka teroris yang telah diamankan dengan total 6 kejadian aksi teror. Di antaranya, bom bunuh diri di depan Gereja Katedral di Jalan Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang menewaskan 2 orang, pada 28 Maret 2021.
Sampai aksi teror Zakiah Aini (ZA) yang menerobos masuk Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada 31 Maret 2021. Dengan melakukan aksi penembakan di dalam kompleks Mabes Polri, tepatnya di pos penjagaan gerbang utama.
Data Tahun 2022
Sementara untuk 2022 tercatat sebanyak 248 tersangka teroris ditangkap, dengan satu kejadian yaitu Aksi bom bunuh diri di Mapolsek Astananyar, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (7/12/2022).
Ketika, seorang pria yang mengacungkan senjata tajam memasuki area Mapolsek Astanaanyar dan menerobos barisan apel pagi. Tak lama setelah itu, bom yang akhirnya diketahui dibawa oleh Agus Sujatno alias Agus Muslim meledak dan menewaskannya.
Sedangkan untuk data tahun 2023 total telah ada 104 tersangka teroris yang diamankan sampai dengan akhir Oktober, dengan data kejadian aksi teror nihil.
"Dan kita berharap, tahun ini kita bisa menjaga agar negara kita bebas dari peristiwa teror," imbuh Aswin.
Advertisement
Coba Gagalkan Pemilu
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap 59 tersangka teroris selama Oktober 2023. Tersangka ditangkap dari pelbagai wilayah Indonesia. Mereka merupakan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Anshor Daulah (JAD).
"Mereka adalah orang-orang atau personel yang menduduki jabatan struktural di organisasi Jamaah Islamiyah," ujar Aswin kepada wartawan, Selasa (31/10).
Penangkapan 19 jaringan Jamaah Islamiyah itu terdiri dari satu orang ditangkap di Sumatera Barat, satu orang di Jawa Barat, lima orang di Sumatera Selatan, empat orang di Lampung, satu orang di Kalimantan Barat, dan tujuh di NTB.
"Ini 19 orang yang kategori pertama yang kita tangkap berkaitan dengan aktivitas mereka selaku anggota struktural Jamaah Islamiyah yang aktif menyebarkan propaganda terorisme dan materi-materi radikal baik secara media sosial maupun pelatihan-pelatihan fisik," kata Aswin.
Â
Reporter: Bachtiarudin Alam
Sumber: Merdeka.com