Soal Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club, Hasto: Yang Ada Itu Hanya Klub Kerakyatan

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanti merespons soal wacana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk klub presiden atau Presidential Club.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 08 Mei 2024, 09:45 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2024, 09:45 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat memberikan pidato di hadapan peserta rapat koordinasi PDIP Majalengka, Sabtu (27/4/2024).
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat memberikan pidato di hadapan peserta rapat koordinasi PDIP Majalengka, Sabtu (27/4/2024). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto merespons soal wacana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk klub presiden atau Presidential Club. Hasto menegaskan, partainya tidak mengenal istilah klub lain, selain klub kerakyatab,

"Dalam sejarah dan tradisi PDIP, klub yang ada itu klub kerakyatan. Dengan petani, buruh, nelayan, anak-anak muda," kata Hasto pada wartawan dikutip, Rabu (8/5/2024).

Oleh karena itu, PDIP menilai yang lebih penting adalah klub kerakyatan bukan klub lain.

"Itulah skala prioritas klub-klub yang terus menginspirasi PDIP sebagai partai yang mencerminkan kerakyatan sebagai aspek terpenting dalam gerak nafas PDIP," katanya.

Menurut Hasto, yang paling penting adalah presiden terpilih menjalankan mandat dan tidak fokus pada klub.

"Ya kita fokus saja bahwa presiden menerima mandat yang sangat penting untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara. Dan juga untuk membangun masa depan. Itu yang menjadi prioritas. Klub yang terpenting adalah klub dengan rakyat," ujarnya.

 

Dinilai Sulit Terlaksana

Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Daulay
Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Daulay. (Foto: Media PAN)

Sebelumnya, Ketua Fraksi PAN DPR, Saleh Partaonan Daulay menilai rencana klub presiden sangat baik dan perlu didukung.

Namun demikian, Saleh menilai rencana wadah berkumpulnya para presiden itu akan sulit terlaksana. Sebab, selain adanya kesibukan masing-masing, agenda kebangsaan yang diusung tidak beririsan. 

"Dari pilpres kemarin aja kita sudah bisa melihat adanya perbedaan lingkup pemikiran dalam membangun Indonesia. Ada yang ingin perubahan, ada yang ingin keberlanjutan dan  penyempurnaan, serta ada yang ingin perubahan dan perbaikan. Dasar dan pokok pijakan berpikirnya juga berbeda. Semua memiliki argumen yang oleh masing-masing dinilai paling baik,” ungkapnya.

Menurut Saleh, kalaupun ada silaturrahim klub presiden, hal agak sulit dapat  dihadiri oleh semua presiden RI. Sebab, perlu usaha ekstra untuk menghadirkan semuanya. 

“Ada banyak faktor teknis, ideologis, dan sosial politik yang bisa menjadi hambatan. Semua orang bisa membaca posisi ideologis dan sosial politik semua mantan presiden kita. Kalau mau jujur, di antara mereka kadang ada persoalan komunikasi yang selama ini terkesan terputus. Dan itu tidak mudah untuk dijalin kembali,” ungkapnya.

Dukung Upaya Prabowo

Meski demikian, ia menyebut pihaknya siap mendukung usaha atau upaya apapun Prabowo. 

"Tapi, kita tetap dukung semua agenda Prabowo. Semua yang baik harus tetap diupayakan terwujud. Hasilnya, nanti kita lihat. Yang penting, berusaha dan berdoa dulu,” ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya