Pertamina Hulu Energi Terus Berkomitmen, Berdayakan Warga Binaan di Lapas Perempuan Jambi

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding upstream Pertamina terus berkomitmen untuk berkontribusi memberikan perhatian ke masyarakat, khususnya dalam mengembangkan ketrampilan untuk menjawab tantangan hari ini.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 08 Sep 2024, 01:39 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 02:03 WIB
Pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Jambi memperlihatkan hasil buah karya binaannya berupa batik tulis, di mana hasil dari kerja sama dengan Pertamina EP (PEP) Jambi Field.
Pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Jambi memperlihatkan hasil buah karya binaannya berupa batik tulis, di mana hasil dari kerja sama dengan Pertamina EP (PEP) Jambi Field. (Foto: Liputan6.com/Putu Merta Surya).

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding upstream Pertamina terus berkomitmen untuk berkontribusi memberikan perhatian ke masyarakat, khususnya dalam mengembangkan ketrampilan untuk menjawab tantangan hari ini.

Melalui subholdingnya, Pertamina EP (PEP) Jambi Field, memberikan perhatian kepada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIB Jambi.

Salah satu yang sudah dirintis lama sejak 2019, adalah pengembangan batik bagi para narapidana di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi. Langkah tersebut menuai apresiasi dari pihak lapas yang di mana Pertamina sendiri memberikan pelatihan awal bagi para warga binaannya.

“Dukungan dari Pertamina EP Jambi ini dari awal itu. Pelatihan batik awalnya itu diberikan dari pihak Pertamina. Dan juga bantuan berupa peralatan, bahan baku itu semua dari Pertamina,” kata Kepala Seksi Bimbingan narapidana/anak didik dan kegiatan kerja (Binadik dan Giatja) Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi, Ria Rachmawati saat ditemui di lokasi, Jumat (6/9/2024).

Memang tak mudah untuk menjalankan hal ini ke warga binaan. Namun, seiring berjalan waktu perlahan bantuan dari Pertamina ini membuahkan hasil. Selain tempat, kendala seperti warga binaan yang silih berganti lantaran sudah ada yang usai menjalankan hukumannya, membuat pihak lapas harus tetap menjaga kualitasnya dan terus berusaha.

Terbukti, kini mereka sudah menghasilkan berbagai motif batik tulis, seperti motif Pian Puan, Jembatan Angso Dua, Queen Nanas, Cahaya Resam, dan Corona yang di mana telah memiliki sertifikat hak desain industri.

“Boleh dilihat sekarang, produksi batik kita sudah tersebar kemana-mana,” ungkap Ria.

Tak sampai di sana, batik ini pun juga dijual di mana keuntungannya sebagian untuk upah para pekerja, dan kemudian juga dimasukan sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Bahkan, bukan hanya melalui penjualan secara luring seperti hadir di berbagai pameran-pameran, tapi juga sudah dipasarkan melalui e-commerce.

Ria juga menjabarkan, kini batiknya tak sepi peminat. Berbagai lembaga di Jambi seperti DPRD Jambi juga sudah memesan buah karya warga binaannya.

Dia pun mengamini, bantuan binaan dari PEP Jambi Field ini menjadi pematik bagi unit-unit usaha lain. Sekarang sudah ada pelatihan salon bahkan sampai nail art, kemudian tata boga yang cukup banyak peminatnya, belajar bisnis laundry pakaian, bahkan sampai garmen atau menjahit pakaian.

“Awalnya itu unit yang ada itu batik ini. Setelah itu barulah berjalannya waktu munculah unit lain,” jelas dia. 

 

 

Berusaha Menghilangkan Stigma Buruk di Masyarakat

Pihak Pertamina EP Jambi  tengah melihat hasil karya kerajinan tangan oleh warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi.
Pihak Pertamina EP Jambi tengah melihat hasil karya kerajinan tangan oleh warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi. (Foto: Liputan6.com/Putu Merta Surya).

Pihak Pertamina, khususnya PEP Jambi Field menerangkan, pihaknya menaruh perhatian penuh kepada tantangan sosial yang ada di sekitar wilayahnya, termasuk bagi para warga binaan di Lapas Perempuan Jambi.

Pasalnya, ini bukan hanya sekedar memberikan ketrampilan kepada warga binaan, tapi juga untuk menghilangkan stigma buruk bagi para mantan narapidana di mata masyarakat bahkan keluarga sendiri.

“Dia (para mantan narapidana) bisa survive setelah keluar. Bahkan ini bisa menjadi penggerak. Karena ketika mereka di dalam tak ada kegiatan, bisa jadi mereka balik lagi,” kata Community Development Officer Field Jambi Zainul.

Zainul pun mengamini, pihak PEP Jambi Field ini akan melakukan penjajakan ke unit usaha yang lain, meski harus perlahan-lahan mengingat tak semua warga binaan berasal dari Jambi.

“Ke depan tidak menutup kemungkinan kita akan support dan menjajakinya,” tutur dia.

Sementara, External Communication and Stakeholder Relations PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Dukut Wahyu Nugroho yang ikut hadir untuk melihat bagaimana proses di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi.

Dia pun berharap program ini tentu membawa efek yang baik untuk warga binaan yang acap kali mendapat stigma negatif.

“Nanti kalau sudah kembali ke masyarakat (para mantan narapidana) bisa diterima,” ungkap dia.

Di mana menurutnya, ini adalah bentuk kerja sama yang positif dari Pertamina dengan pihak Lapas, khususnya Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi. 

Akan Ada Keberlanjutan

Pihak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah melihat proses pembuatan batik tulis yang dilakukan oleh warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi.
Pihak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah melihat proses pembuatan batik tulis yang dilakukan oleh warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi. (Foto: Liputan6.com/Putu Merta Surya).

Kerja sama yang baik antara PEP Jambi Field ini dan Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi ini juga turut dirasakan oleh Meli Kurniati (39).

Salah satu mantan narapidana ini merasakan betul manfaat dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) tersebut. Meli pun mengungkapkan, dirinya sejak awal dilatih dan kini memiliki kemampuan untuk membuat batik tulis.

“Dari awal memang dari Pertamina itu memang program membatik. Dan saya mau sendiri, coba-coba belajar,” kata dia saat ditemui di Jambi.

Wanita yang sudah keluar dari Lapas sejak tahun 2022 menyadari masih ada tantangan untuk mengembangi batik tulis ini.

Sembari mengumpulkan modal, Meli mencoba menjajalkan kue kering yang kini bisa memperoleh omset sekitar kurang lebih Rp 1 juta. Pembelajaran membatiknya di lapas membuat dia terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Meli berharap ada bantuan lanjutan dari Pertamina untuk pengembangan dirinya.“Bantuan modal atau apakah bahan,” tutur dia.

Menjawab hal itu, Field Manager PEP Jambi, Hermansyah menjelaskan pihaknya terus memantau perkembangan. Dia pun berharap kemampuan batik tulis itu bisa dikembangkan terus, ditambah dengan usaha lain, seperti kue keringnya.

“Dengan adanya masukan dari dari yang selesai dari lapas, dan ini bisa menjadi pionir. Sehingga memang ketrampilan apapun yang didapatkan di lapas ini bisa dikembangkan,” jelas dia.

“Bahwa program ini adalah kesinambungan. Jadi harapannya itu selesai dari lapas itu, kemanfaatan (keahlian yang didapat) orang-orang itu, mudah-mudahan enggak balik ke lapas bukan sebagai penghuni lapas,” sambungnya.

Hermansyah pun berpesan untuk tidak menyerah. “Kita ikhtiar, jangan menyerah. Karena tantangan akan selalu ada,” tutupnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya