Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menyebut Indonesia menempati peringkat 63 dari 70 negara yang siswanya masuk sekolah dalam kondisi perut kosong atau lapar.
Hal ini disampaikan Hashim dalam dialog kebangsaan bertema 'Peran Gen Z Dalam Peningkatan SDM Menuju Indonesia Emas' di Auditorium Universitas Podomoro, Jakarta Barat, Jumat (11/10/2024).
Baca Juga
Awalnya, Hashim Djojohadikusumo lebih dulu membicarakan soal makan gratis untuk anak sekolah dan ibu hamil. Nantinya mereka akan mendapatkan makan gratis sebanyak dua kali dalam sehari dengan nominal Rp15 ribu.
Advertisement
"Karena dengan 1 dolar, Rp15 ribu, 1 anak, 1 ibu yang hamil, kita sudah hitung bisa kita buatkan sarapan pagi dan makan siang. Dan itu perlu, karena ada indikasi, ada dari survei yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan dan kantor Menko PMK Pak Muhadjir bahwa saat ini, dari anak-anak sekolah, 41 persen masuk sekolah dengan perut kosong," ujar Hashim.
"Mereka tidak mampu, atau orangtuanya tidak mampu berikan sarapan pagi untuk anak-anak mereka," sambungnya.
Adik dari Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto ini pun menghitung, dari 41 persen atau dari 48 juta anak sekolah, sekitar 18 juta anak masuk sekolah tanpa terisi makanan perutnya atau tidak sarapan pagi.
"Nah ini, coba kita bayangkan ya, anak sekolah dengan perut kosong harus lewati 5 jam untuk belajar. Coba, kalau saya tidak makan sarapan pagi, saya 5 jam rapat, terus apa lagi berikan kuliah seperti ini. Sekarang mungkin berat," ujar Hashim.
Di sinilah, kemudian Hashim mengungkapkan, jika Indonesia memiliki rangking yang buruk, karena menempati posisi ke 63 dari 70 negara tersebut.
"Terus ditambah dengan guru yang gajinya minimal dan enggak ada satu resep untuk sistem pendidikan yang sangat-sangat tidak memadai. Maka, saya kira Bapak-bapak Rektor atau Ibu Rektor sudah tahu, ranking kita sangat buruk, betul? Saya sudah ikuti MPISA sudah 12 tahun," ungkapnya.
"PISA (Programme for International Student Assessment) rangking kita menunjukkan kita tetap jelek, maaf, saya blak-blakan saja. Kita rangking nomor 63 dari 70 negara. Maaf, itu fakta. Guru kita gajinya rendah, anak-anak kita gizinya buruk," tambahnya.
Â
Ada yang Setuju dan Tidak Setuju Makan Gratis
Lalu, terkait dengan program makan gratis, disebutnya, ada masyarakat yang setuju dan tidak setuju.
"Makanan gratis, 78 juta anak, anak sekolah, anak prasekolah, dan 4 juta anak-anak dalam rahim ibunya, itu harus kita kasih makanan. Memang ada yang enggak setuju. Ada sementara di masyarakat kita juga enggak setuju," paparnya.
"Ya, ini mungkin anak-anak yang enggak setuju itu obesitas mungkin ya. Mungkin terlalu gemuk. Mungkin sudah gemuk ya, ikuti Pak Prabowo mungkin ya. Tapi, pemerintah tidak mau wajibkan anak. Kalau anak enggak mau makan, enggak ada paksaan kok. Kalau orang tuanya enggak mau anaknya makan, ya enggak apa-apa," pungkasnya.
Â
Advertisement
Prabowo Tegaskan Makan Gratis Bukan Buat Cari Popularitas
Presiden terpilih Prabowo Subianto memastikan program makan bergizi gratis ini bukanlah untuk mencari popularitas. Namun ini adalah solusi strategis untuk menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia.
"Jadi masalah makan ini bukan masalah untuk cari disenangi, untuk mencari popularitas, tidak. Ini masalah strategis. Ini adalah menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia. Kalau anak-anak kita kurang gizi, dia tidak bisa bersaing. Jangankan bersaing di universitas, jangankan bersaing di tempat-tempat yang membutuhkan teknologi, untuk jadi petani saja dia tidak akan sanggup," kata Prabowo Subianto dalam Rakornas Legislatif PKB di Jakarta, Kamis (10/10/2024).
"Jadi masalah makan bergizi ini bagi saya ini adalah masalah strategis dan akan kita laksanakan," sambungnya.
Prabowo memastikan, program andalannya pada saat pilpres lalu itu akan segera dilakukan setelah resmi dilantik.
"Masih banyak anak-anak yang lapar, berangkat ke sekolah tidak makan pagi. Ini harus kita atasi, sekarang, hari ini. Semua anak-anak, termasuk yang di pesantren," kata Prabowo.
Â
Reporter: Nur Habibie
Sumber: Merdeka.com