Guntur Soekarno Jelaskan Batu Tulis Bukan Istana, tapi Rumah Bung Karno

Guntur menceritakan bahwa ide membelikan Bung Karno rumah berawal dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hal ini usai melihat kondisi Bung Karno yang tidak memiliki rumah, meski sudah menjadi presiden.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 03 Nov 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2024, 15:45 WIB
Peluncuran buku  berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' karya Guntur Soekarnoputra di Grand Sahid Jaya Jakarta, Minggu (3/11/2024).
Peluncuran buku berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' karya Guntur Soekarnoputra di Grand Sahid Jaya Jakarta, Minggu (3/11/2024). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Putra sulung Presiden pertama RI Soekarno, Guntur Soekarnoputra mengungkapkan bahwa Istana Batu Tulis di Bogor Jawa Barat merupakan rumah milik ayahnya. Menurut dia, rumah itu hasil sumbangan dari para konglomerat Indonesia yang kemudian diserahkan kepada Bung Karno.

Guntur menceritakan bahwa ide membelikan Bung Karno rumah berawal dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Hal ini usai melihat kondisi Bung Karno yang tidak memiliki rumah, meski sudah menjadi presiden.

"Mengenai rumah apa segala macam. Bung Karno itu dari dulu sampai meninggal itu, enggak punya rumah. Nah, melihat kondisi bung Karno kayak begitu, presiden kok rumah aja enggak punya, nah atas inisiatif banyak, Bapak Hamengkubuwono IX, itu mempunyai ide mengumpulkan kalau sekarang konglomerat Indonesia untuk urunan membuatkan Bung Karno sebuah rumah," jelas Guntur dalam acara peluncuran buku 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' di Grand Sahid Jaya Jakarta, Minggu (3/11/2024).

Dia menyampaikan rumah tersebut dikenal sebagai 'Rumah Batu Tulis', yang diberi nama Hing Puri Bima Sakti oleh Bung Karno. Namun, Guntur menuturkan banyak pengamat dan pihak yang salah kaprah menyebut rumah tersebut sebagai Istana Batu Tulis.

"Tapi celakanya, orang orang awam kita ini, apalagi yg pengamat sosial politik itu menganggap rumah Batu Tulis itu Istana. Istana yang termasuk jajaran Kementerian Sekretariat Negara. Padahal tidak sama sekali," tuturnya.

"Bukan (Istana). (Tapi) Rumah Batu Tulis," sambung Guntur.

 

Pertemuan Politik

Suasana Istana Batu Tulis Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023), jelang pengumuman calon presiden (capres) PDI Perjuangan yang akan disampaikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. (Foto: Alma Fikhasari.Merdeka.com)
Suasana Istana Batu Tulis Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023), jelang pengumuman calon presiden (capres) PDI Perjuangan yang akan disampaikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. (Foto: Alma Fikhasari.Merdeka.com)

Sebagai informasi, Istana Batu Tulis kerap dipakai sebagai tempat pertemuan politik, khususnya oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Megawati dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pernah meneken perjanjian berisi 7 pasal terkait Pilpres di Batu Tulis pada 2009.

Kemudian, Megawati mengumumkan nama Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi capres dari PDIP pada 2014. Di tempat itu pula, Megawati mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024 dari PDIP.

Diketahui, Putra sulung Presiden pertama RI, Guntur Soekarnoputra meluncurkan buku berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati' di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, Minggu (3/11/2024). Peluncuran buku ini bertepatan dengan ulang tahun Guntur ke-80 tahun.

Adik Guntur sekaligus Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri dan Wapres keenam RI Try Sutrisno ikut hadir dalam acara ini. Hadir pula anak Guntur, Puti Guntur Soekarno.

Puti mengatakan buku ini merupakan edisi keempat dari catatan merah sang ayah. Dia menjelaskan buku ini berisi tentang perjuangan mempertahankan bendera merah putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati, yang merupakan istri Bung Karno serta ibunda dari Guntur dan Megawati.

"Judul yang sangat patriotik dan jika kita nanti membaca isi dari cerita tersebut tentu kita akan mengetahui perjuangan dari sang saka bendera merah putih kita, sang saka merah putih yang dijahit oleh ibunda Bapak Guntur Soekarno, ibunda dari Ibu Megawati, Bapak Guruh yamg menjahit bendera pusaka kita dan perjalanan bendera pusaka kita untuk tetap tegap berdiri di negara Indonesia ini memiliki sejarah luar biasa," jelas Puti saat memberikan sambutan.

Sosok Penjaga Merah Putih

Menurut dia, Megawati merupakan salah satu sosok yang menjaga keberadaan bendera merah putih. Hal ini nantinya juga akan dijelaskan dalam buku yang diluncurkan Guntur.

"Dan rasanya, memang sudah menjadi takdir di negeri ini bahwa keberadaan sang saka merah putih dan perjalanannya menjadi takdir untuk dibawa dan dijaga oleh Ibu Megawati untuk keutuhan NKRI," tutur dia.

Puti bersyukur, Guntur masih tetap beraktivitas menjalankan hobinya di usia yang ke-80 tahun. Dia menyebut selain menulis buku, Guntur juga masih bermain musik dan bernyanyi.

"Kami sangat mensyukuri Bapak Guntur sampai hari ini tetap memiliki kreativitas, semangat, dan selalu menjalankan hobi-hobinya. Salah satunya, bermusik, bermain gitar, bernyanyi dan salah satu hobi yang sangat produktif yaitu, menulis buku yang berjudul 'Sangsaka Melilit Perut Megawati'," tutur Puti.

Dalam acara ini, juga hadir mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung, putri Wakil Presiden Pertama RI Muhammad Hatta, Meutia Hatta, mantan Menteri Transmigrasi pada Kabinet Pembangunan VI, Siswono Yudo Husodo hingga mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga.

Infografis HUT ke-51 PDIP dan Pesan Politik Megawati. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis HUT ke-51 PDIP dan Pesan Politik Megawati. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya