Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pelaku usaha dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) berkumpul bersama dalam acara rutin bulanan "Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast".
Dalam acara itu membahas dampak kebijakan global terhadap perekonomian, program-program hubungan luar negeri, kerja sama internasional, peluang bisnis, hingga perdagangan dan investasi.
Baca Juga
Bertemu Dubes Pakistan untuk Indonesia, Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie Harap Bisa Kerja Sama Lebih Erat
Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie Optimistis Pemerintah Bisa Dongkrak Ekonomi dan Tekan Angka Kemiskinan
Anindya Bakrie: Malam Renungan Natal Kadin Indonesia Jadi Momen Kedamaian dan Cinta Kasih
Acara tersebut dihadiri Ketua Umum atau Ketum Kadin Indonesia Anindya Bakrie, Wakil Ketum Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia James T Riady, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Luar Negeri Bernardino Vega, Para Komite Tetap, Komite-Komite Bilateral, serta Kadin-Kadin Provinsi.
Advertisement
"Di sini hadir 80 Komite Bilateral dari relasi Indonesia dengan negara-negara luar. Jadi, komplet (Komite Bilateral) ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, Eropa, negaranegara ASEAN, Asia Timur dan lain-lain," ujar Anindya Bakrie usai acara KED Breakfast di Hotel Aryaduta Jakarta, yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Jumat (10/1/2025).
Selain dari Komite Bilateral, hadir pula dalam acara tersebut 25 Kadin Provinsi.
"Sehingga bukan saja kita bicara mengenai luar negeri, tapi juga bicara bagaimana membawa investasi dan untuk perdagangan bermanfaat buat teman-teman di Kadin Provinsi. Di sini juga banyak teman-teman dengan asosiasi dan himpunan," tutur Anin, sapaan akrabnya.
Dia menjelaskan, di Januari 2025, Kadin Indonesia akan mengikuti World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss dan agenda kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India serta kemungkinan dilanjutkan ke Pakistan.
"Kami sudah bertemu dengan kedua duta besarnya (India dan Pakistan), dan bagaimana Kadin yang mewakilkan dunia usaha bisa bersama-sama memastikan bukan saja relasi yang sangat baik antar-pemerintah, tapi juga dari bisnis ke bisnis," ucap Anin.
"Nah, ini saya rasa suatu hal yang sangat baik dan mudah-mudahan ini bukan saja pertemuan diplomatis secara geopolitik kita kembangkan, tapi juga ujungnya bagaimana perekonomian Indonesia dan kesejahteraan masyarakat Indonesia ini bisa tercapai lebih baik di tahun 2025 dengan kepemimpinan Pak Presiden Prabowo Subianto," sambung dia.
Â
Rombongan Kadin Indonesia
Anin menuturkan, rombongan Kadin Indonesia akan tiba di India pada 24 Januari 2025 untuk mempersiapkan acara forum bisnis yang direncanakan pada 25-26 Januari 2025.
Menurut dia, Kadin akan fokus pada industri-industri seperti kesehatan, ketahanan energi, lalu ketahanan pangan, sampai pada sektor teknologi dan pertahanan.
"Nah, ini merupakan suatu yang menarik karena pada tanggal 26 (Januari 2025), Pak Presiden (akan) hadir sebagai tamu kehormatan di Republic Day India," papar Anin.
Dia melanjutkan, pada 27-28 Januari 2025, rombongan Kadin akan melakukan lawatan di sekitar ibu kota New Delhi untuk melihat pabrik susu, industri kesehatan, rumah sakit, sampai juga ke industri otomotif. Selain itu, kata Anin, rombongan Kadin juga akan mengunjungi Taj Mahal untuk meninjau sektor pariwisata di sana.
"Kami juga akan melibatkan teman-teman dari Kadin Provinsi (dalam kunjungan ke India). Kami ingin menggambarkan bahwa Kadin itu bukan saja untuk perusahaan besar, tapi juga untuk perusahaan-perusahaan daerah untuk bisa terlibat, termasuk untuk membuka pasar, mendapatkan investasi dari India yang saya rasa secara historis, secara kultural, mempunyai sejarah panjang dengan Indonesia," terang Anin.
Â
Advertisement
Akan Kunjungan ke Pakistan
India dan Indonesia, lanjut Anin, adalah negara yang diprediksikan di dalam waktu 15-20 tahun ke depan menjadi negara dengan ekonomi terbesar.
India, kata dia, diprediksi akan menjadi negara ekonomi nomor 4 terbesar di dunia, dan Indonesia menjadi nomor 5 terbesar di dunia.
"Nah, sehingga hubungan dengan India sangat menguntungkan. Bukan saja dari ekspor kita yang perlu lebih besar lagi, dan sekarang kita surplus, tapi masih bisa lebih besar lagi, tapi juga dari sisi investasi. Baik dari India ke Indonesia, maupun dari Indonesia ke India," ucap Anin.
"Tipenya (India dan Indonesia) sama, demokratis, banyak sekali penduduknya, dan juga mesti disejahterakan semuanya. Sehingga untuk bisa memulai hubungan baik secara diplomatis, secara bisnis-bisnis besar, maupun bisnis yang bersifat kerakyatan. Seperti contohnya ketahanan pangan, itu mereka juga cukup maju, tentunya juga dengan ketahanan energi, lalu ketahanan kesehatan, dan Pendidikan. Itu semua adalah bidang-bidang yang sama dengan Indonesia, sangat dibutuhkan," terangnya.
Rencananya, lanjut Anin, selain ke India, rombongan Kadin juga akan melakukan perjalanan bisnis ke Pakistan. Menurut Anin, Pakistan adalah negara yang cukup menarik. Dan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta.
"Duta Besar Pakistan (Ameer Khurram Rathore) sudah berkunjung ke kantor Kadin Indonesia (Kamis, 9/1/2025). Dari Kadin juga sudah siap, kita memastikan dari bisnis ke bisnis, antar-bisnis itu jalan, dan yang menarik di sana sangat kuat industri dari sisi pertahanan yang kita tahu ini merupakan sebuah industri besar," terang dia.
Â
Indonesia Jadi Anggota Penuh BRICS
Dalam acara KED Breakfast tersebut juga dibahas mengenai partisipasi Indonesia di BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), yang sudah diresmikan menjadi anggota penuh BRICS.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar dari gabungan negara Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan, jumlah populasi penduduknya sudah lebih dari 2 miliar orang. Dengan jumlah ekonominya diperkirakan mencapai hampir 10 triliun dolar AS. Angka tersebut besar baik dari jumlah penduduk maupun ekonomi.
Dengan demikian, Anin mengatakan, Indonesia memiliki suatu peluang untuk membuka akses pasar, untuk berdagang, dan juga untuk berinvestasi dengan negara-negara yang tergabung dalam BRICS nanti.
"Dan saya rasa inilah alasan Pak Prabowo melihat (BRICS) ini sebagai peluang. Tentu sebagai negara yang tidak berpihak, kita mesti pandai-pandai untuk memainkan peran kita, terutama dengan negara besar seperti Amerika Serikat (AS). Tapi secara konsep, Indonesia mesti mempunyai suatu pasar alternatif. Karena kita tahu bahwa China itu melambat, sementara AS akan fokus pada industri domestiknya," ucap dia.
"Indonesia membutuhkan apa yang terbaik untuk dirinya, supaya ekonomi terus berjalan, dan masyarakat juga bisa semakin sejahtera," pungkas Anindya Bakrie.
Advertisement