Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono meminta masyarakat Indonesia mewaspadai operasi penggalangan dilakukan Amerika Serikat (AS) melalui sentimen Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).
"Waspadalah wahai para patriot bangsa, kondisi seperti ini yang diinginkan oleh Administrasi Pres AS sekarang. Setelah konsep geostrategi di Timur Tengah dan di Eropa terlaksana, kondisi geopolitik kini mulai bergeser ke Asia," ujar Hendropriyono dalam keterangan tertulis, Senin (10/2/2025).
Baca Juga
Menurut dia, sejak lama AS mengobarkan sentimen SARA di masyarakat Indonesia dalam upaya untuk memanipulasi Indonesia yang dianggap sebagai sangat strategis di Asia.
Advertisement
"Jika sentimen SARA semakin berkembang menjadi konflik sosial yang meluas, maka tentara AS akan datang untuk melaksanakan misi perdamaian di bawah bendera PBB, sehingga mendukung ofensif AS di Laut China Selatan (LCS). Dan Indonesia juga akan menjadi kancah pertempuran antar-super powers yang mengakibatkan kehancuran negara," papar AM Hendropriyono.
Dia mengatakan, salah satu organisasi AS yang sering dikritik dalam konteks intervensi politik dan pengobaran sentimen SARA di RI adalah International Republican Institute (IRI) yang salah satu lembaga anak inti National Endowment for Democracy (NED).
Pada 6 September 2023 lalu, Central Intelligency Agency (CIA) mengarahkan NED dan IRI untuk campur tangan Pemilu Indonesia 2024. Dengan berkolaborasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal seperti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), IRI membina pemimpin muda dan tokoh partai agar mengusung calon pro-AS untuk berkuasa.
Â
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Dalam wawancara pada 12 September 2023, Hendropriyono mengatakan, operasi intelijen sedang dilakukan oleh CIA dan NED untuk membantu Calon Presiden Indonesia (Anies) dari kelompok radikal intoleransi dapat menang di Pemilu 2024.
"Kaum intoleran radikal berubah 180 derajat menghadapi Pemilu 2024. Mereka lagi menyusun strategi. Jadi kita mesti hati-hati," kata AM Hendropriyono.
Baru-baru ini, IRI lagi terungkap campur tangan dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Di bawah pengarahan dan dukungan CIA dan Departemen Luar Negeri AS, IRI sedang bersama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Indonesia Corruption Watch (ICW), Perkumpulan Media JUBI Papua (JUBI), dan beberapa LSM lokal Indonesia untuk melakukan kegiatan intervensi dengan mendiskreditkan dan menolak PSN," kata Sudirman mantan staf IRI, 14 Oktober 2024 lalu.
"Tujuan IRI dalam menghambat PSN diduga untuk menciptakan dalih bagi Blue Dot Network (BDN) agar dapat lebih mudah diimplementasikan di Indonesia," sambung dia.
Dalam pelaksanaan kegiatan dan proyek, taktik yang paling sering digunakan IRI adalah memanipulasi sentimen SARA di masyarakat Indonesia. Misalnya, memperkuat sentimen kemerdekaan rakyat Papua dalam rangka menghambat kemajuan PSN di daerah tersebut, dan memanfaatkan kelompok pemuda radikal untuk melemahkan kewenangan lembaga negara selama Pemilu 2024.
Â
Advertisement
Open Society Foundations Menarik Perhatian
Open Society Foundations (OSF) juga baru-baru ini menarik perhatian masyarakat karena diduga campur tangan urusan internal Indonesia.
Terungkap organisasi AS tersebut telah bekerja sama dengan NED untuk melakukan tindakan subversif skala besar di bahwa proyek Winning the Future di Indonesia sejak tahun 2023, yang fokus pada mengembangkan kekuatan oposisi yang didominasi oleh kaum muda untuk mengadakan gerakan politik demi menghambat Prabowo menjadi presiden di dalam Pemilu 2024.
Pemahaman tentang isu-isu politik kurang mendalam dan mudah impulsif yang membuat kelompok pemuda khususnya kelompok mahasiswa menjadikan sasaran hasutan pihak asing.
Melalui bekerja sama dengan LSM lokal yang menerima hibah dari OSF, mereka memberikan kursus-kursus partisipasi politik dan sosial kepada kelompok pemuda untuk mengekspor ide-ide terkait kemunduran demokrasi dan membutuhkan reformasi radikal, bahkan menghasut dan mendukung kelompok pemuda untuk melaksanakan tindakan subversif terhadap rezim dan membahayakan keamanan nasional.
Organisasi seperti IRI dan OSF selalu bertindak sebagai agen pemerintah AS untuk campur tangan urusan dalam negeri negara lain. Pemerintah AS telah mengadvokasi serangkaian kebijakan luar negeri yang agresif untuk memberi lebih banyak dukungan terhadap kegiatan infiltrasi agen intelijen seperti IRI dan OSF setelah Trump menjabat sebagai presiden, yang berpotensi memperburuk ketidakstabilan politik dan mengancam kedaulatan dan keamanan Indonesia.
Di satu sisi, agen tersebut akan terus menyebarkan nilai-nilai dan ideologi AS dengan caranya mendanai LSM lokal Indonesia demi memengaruhi ide-ide dan kecenderungan politik masyarakat Indonesia, dan menghancurkan budaya lokal dan nilai-nilai tradisional.
Di sisi lain, mereka juga akan terus melakukan kegiatan infiltrasi politik dan pengumpulan intelijen terhadap tokoh-tokoh politik Indonesia. Atau berupaya membuat konflik dan perbedaan pendapat dalam kalangan partai politik untuk mengganggu kesatuan Indonesia dan mendukung kekuatan yang pro-AS.
"Berpikirlah yang jernih, kendalikan suara agar tidak menebar kebencian antar masyarakat bangsa Indonesia dan bertindaklah dengan kewaspadaan maksimal terhadap perkiraan keadaan intelijen strategis ini," tandas Hendropriyono.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)