Apresiasi Pembangunan Infrastruktur di Subang, Anggota Komisi VII: Tapi Perlu Ada Evaluasi dan Percepatan

Ia menilai Pelabuhan Patimban belum siap melayani kebutuhan industri peti kemas. Karena, hingga saat ini, Patimban belum memiliki crane, sebagai alat untuk bongkar muat peti kemas.

oleh Tim News Diperbarui 10 Mar 2025, 17:09 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2025, 15:12 WIB
Pelabuhan Patimban
Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyoroti pembangunan infrastruktur di Subang. (Tim News).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyatakan apresiasinya atas upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur dalam menopang program pembangunan nasional. Namun, ia menekankan, ada beberapa proyek yang dimulai sejak pemerintahan sebelum ini, harus dilakukan evaluasi. Karena terlihat ada ketidakakuratan dalam rancangan awal pembangunan.

Ia menyoroti pembangunan Pelabuhan Patimban, Bandara Kertajati, dan Kawasan Industri Subang Smartpolitan, yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN), dengan proyeksi peningkatan konektivitas industri dan logistik.

Seperti diketahui, Kawasan Industri Subang Smartpolitan ini memiliki luas 2.717 hektar dan mulai dibangun pada tahun 2020. Kawasan industri yang dikembangkan oleh PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta) telah menyedot anggaran sebesar Rp5 triliun untuk tahap pertama dan rencananya akan beroperasi pada tahun 2024

"Dari hasil kunjungan saya beberapa hari lalu, saya belum melihat adanya industri yang masuk ke kawasan tersebut. Bahkan, infrastrukturnya pun belum siap. Padahal, menurut proyeksi pembangunan, harusnya sudah selesai di 2024," kata Bambang Haryo, Senin (3/3/2025).

Ia menyatakan dalam rancangan pembangunan, Kawasan Industri Subang Smartpolitan ini rencananya akan terintegrasi dengan Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati.

"Rancangan untuk mengintegrasikan tiga proyek strategis nasional ini, menurut saya kurang tepat. Karena, jarak dari Kawasan Industri Subang Smartpolitan itu ke Pelabuhan Patimban sekitar 60 kilometer dan jarak ke Bandara Kertajati itu sekitar 80 kilometer. Dengan jarak yang demikian jauh ini, menjadi tidak efektif dan akhirnya Industri masih akan terbebani oleh biaya transportasi logistik yang mahal," ungkapnya.

Atas dasar itu, ia mempertanyakan rencana pembangunan kawasan industri ini. Karena, untuk mewujudkan integrasi industri dengan pelabuhan, seharusnya jarak kawasan industri itu maksimal 5 kilometer dari lokasi pelabuhan Patimban.

"Kalau berada dalam radius 5 kilometer, maka ongkos logistik akan lebih murah, lebih cepat, dan lebih aman. Saya sangat menyayangkan rancangan pembangunan tersebut, dan saat ini yang saya lihat, para pelaku industri belum ada yang mau masuk ke Smartpolitan ini," ungkapnya lagi.

 

Promosi 1

Belum Siap Layani Kebutuhan Industri Peti Kemas

Ia menilai Pelabuhan Patimban belum siap melayani kebutuhan industri peti kemas. Karena, hingga saat ini, Pelabuhan Patimban belum memiliki crane, sebagai alat untuk bongkar muat peti kemas.

Sebagai informasi, Pelabuhan Patimban diproyeksikan akan melayani jenis muatan Peti Kemas dan Kendaraan Bermotor (Car Terminal) yang diangkut menggunakan kapal-kapal berukuran besar. Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan dalam tiga tahap.

Bedasarkan informasi dari Kementerian Perhubungan, tahap pertama 2018-2021, Pelabuhan Patimban direncanakan sudah harus dapat melayani 3,75 juta peti kemas (TEUS). Tahap kedua 2022-2025, kapasitas pelayanan akan ditingkatkan menjadi 5,5 Juta TEUS dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7 juta TEUS (ultimate).

"Sangat disayangkan percepatan pengadaan crane tidak segera direalisasikan, sehingga pelabuhan patimban sampai dengan saat ini belum bisa menampung kebutuhan bongkar muat peti kemas yang dihasilkan dari industri yang berada disekitar Pelabuhan Patimban. Padahal Pelabuhan Patimban ini fokus utamanya untuk pelabuhan peti kemas. Tapi bagaimana bisa tanpa crane yang melayani kapal di dermaga serta crane yang ada di depo container, pelabuhan ini bisa menampung peti kemas yang diangkut oleh kapal kapal peti kemas? Padahal 2021 targetnya sudah harus bisa melayani 3.75 juta peti kemas," tanya Bambang.

"Dan hingga saat saya hadir di pelabuhan tersebut, belum ada satu peti kemas pun yang ditampung di pelabuhan tersebut," Ujarnya.

 

Tidak Ada Crane untuk Angkut Peti Kemas

Menurutnya, bagaimana mungkin kapal logistik merapat ke Patimban jika tidak ada crane. Akhirnya barang hasil industri masih banyak yang dikapalkan ke Tanjung Priok.

"Sayang banget kan. Padahal hingga awal 2024, anggaran pembangunan pelabuhan ini sudah mencapai hampir Rp40 triliun, tapi hingga saat ini belum berfungsi," ujarnya lagi.

Bambang mengharapkan perlu adanya evaluasi target pembangunan Pelabuhan Patimban dan integrasinya dengan Kawasan Industri Subang Smartpolitan. Jangan sampai kedua proyek strategis nasional tersebut mengalami kemacetan atau bahkan bisa dikatakan mangkrak.

Terlebih, kata dia, sudah menelan biaya cukup besar. Termasuk Kawasan Industri Subang Smartpolitan sudah menelan dana APBN sebesar Rp 5 Trilliun, untuk kawasan industri seluas 2.700 hektar.

"Padahal seharusnya dengan dana sebesar itu kawasan industri itu sudah selesai dibangun. Seperti misalnya Kawasan Industri Kuala Tanjung, rencana investasi Rp 4,5 trilliun untuk pengelolaan kawasan industri seluas 3.000 hektare di Sumatera Utara. Memang ini perencanaan Pemerintahan sebelumnya, tapi perlu adanya satu kepastian saat ini untuk percepatan pembangunan proyek strategis nasional tersebut," pungkasnya.

Infografis

Infografis Alokasi dan Prioritas Pembangunan IKN Nusantara Tahap II
Infografis Alokasi dan Prioritas Pembangunan IKN Nusantara Tahap II. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya