Perang Tarif AS-China Memanas, Ini Deretan Saham yang Untung dan Merosot di Wall Street

Gejolak yang terjadi di wall street memicu koreksi lebih dari 5% untuk indeks S&P dari 2 April hingga Jumat, 11 April 2025.

oleh Agustina Melani Diperbarui 12 Apr 2025, 19:28 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 19:28 WIB
Perang Tarif AS-China Memanas, Ini Deretan Saham yang Untung dan Merosot di Wall Street
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak sejak pengumuman Presiden AS Donald Trump pada awal April 2025 yang mengenakan tarif impor resiprokal atau timbal balik.

Mengutip Forbes, Sabtu (12/4/2025), gejolak yang terjadi di wall street memicu koreksi lebih dari 5% untuk indeks S&P dari 2 April hingga Jumat, 11 April 2025.Berdasarkan data Factset, sekitar 90% atau 450 dari 500 saham yang terdaftar di S&P 500 telah menurun selama periode itu.

Hal itu karena prospek resesi dan pertanyaan yang timbul mengenai transaksi bisnis global menjadi hambatan bagi sebagian besar perusahaan.

“Pasar masih mencari pijakan di tengah ketegangan perdagangan yang belum terlesaikan, ketidakpastian pendapatan dan hambatan ekonomi makro,” ujar Nationwide Chief Market Strategist, Mark Hackett.

Di antara 50 saham yang menguat sejak pengumuman Trump itu, saham perawatan kesehatan mendominasi posisi puncak. Saham perusahaan asuransi kesehatan terbesar di AS yakni UnitedHealth Group menguat 15% didorong peningkatan yang jauh lebih besar dari yang diantisipasi pemerintah dalam rencana Medicare Advantage pada tahun depan. Selain itu, saham Elevance Health, induk Anthem naik 3% sejak 2 April, dan saham CVS Health, induk Aetna menguat2%.

Selain itu, di antara saham non-perawatan kesehatan yang berada di zona hijau terlihat yang diprediksi mampu bertahan dalam potensi resesi dan goncangan kebijakan luar negeri AS karena bersitegang dengan China dan negara lain terkait perdagangan.

Adapun saham-saham lainnya yang menguat setelah pengumuman Trump yakni saham ritel yang fokus pada barang murah antara lain saham Ross Stores naik 8%, saham induk perusahaan TJ Maxx TJX menguat 3%, dan Walmart mendaki 4%.

Sementara itu, saham General Dynamics mendaki 1%, saham Huntington Ingalls melesat 6%, saham Lockheed Martin bertambah 5%, saham L3 Harris melesat 5%, saham Northrop Grumman bertambah 5% dan saham Palantir naik 1%.

 

Gerak Saham

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)... Selengkapnya

Forbes juga mencatat saham di hampir setiap sektor telah merosot. Namun, lima saham dengan kinerja terburuk di S&P sejak 2 April antara lain saham pengembang farmasi Charles River Laboratories turun 34%. Kemudian saham Discovery terpangkas 24% dan saham APA Corporation turun 29%. Lalu saham Devon Energy susut 25% dan saham Occidental Petroleum susut 24%.

Di antara 90 perusahaan  AS yang memiliki kapitalisasi pasar USD 100 miliar atau lebih yang berkinerja buruk antara lain saham Chevron melemah 18%, saham ConocoPhillips susut 19%. Kemudian saham chip semikonduktor Texas Instruments terpangkas 17%. Saham produsen obat AbbVie merosot 15%, saham Bristol-Myers Squibb melemah 14% dan saham Bank of America melemah 15%.

Saham Magnificent Seven

Sebagian besar dari tujuh saham teknologi besar, enam perusahaan paling berharga di AS ditambah Tesla merosot. Koreksi dipimpin saham Apple dan Tesla yang mencapai 12%.

Saham teknologi secara historis rentan terhadap koreksi yang lebih tinggi selama masa ekonomi yang tidak menentu. Namun, Apple dan Tesla secara khusus terdampak penarikan tarif karena ketergantungan pendapatan yang sangat besar dari China.

Penutupan Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)... Selengkapnya

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Jumat, 11 April 2025. Penguatan wall street terjadi di tengah perdagangan yang bergejolak pada pekan ini.

Mengutip CNBC, Sabtu (12/4/2025), indeks S&P 500 menguat 1,81 persen ke posisi 5.363,36. Indeks Dow Jones mendaki 619,05 poin atau 1,56 persen menjadi 40.212,71. Indeks Nasdaq melesat 2,06 persen menjadi 16.724,46.

Bursa saham AS menguat pada Jumat sore waktu setempat setelah komentar dari Gedung Putih kalau Presiden AS Donald Trump optimistis China akan mencari kesepakatan dengan AS.

Pekan ini telah menjadi salah satu periode paling fluktuatif yang pernah tercatat untuk wall street. Rata-rata indeks acuan pada Kamis pekan ini seiring ketidakpastian kebijakan perdagangan membebani sentimen. Pada Rabu, bursa saham AS menguat setelah Donald Trump mengumumkan penangguhan 90 hari kepada beberapa hari tarif timbal balik yang tinggi. Indeks S&P 500 naik 9,52 persen pada Rabu pekan ini, dan catat kenaikan terbesar ketiga dalam satu hari sejak Perang Dunia II. Sementara itu, indeks Dow Jones meroket lebih dari 2.900 poin.

Pada Kamis, indeks S&P 500 turun 3,46 persen. Sedangkan indeks Dow Jones anjlok 2,5 persen. Indeks Nasdaq melemah 4,31 persen.

Sementara itu, indeks Volatilitas CBOE yang dikenal sebagai Vix pada awal pekan ini melonjak di atas 50 sebelum turun menjadi sekitar 37 pada Jumat sore.

 

Perang Dagang

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)... Selengkapnya

Adapun pemerintahan Trump telah memilih tarif universal sebesar 10 persen, kecuali untuk China. Barang-barang dari China akan dikenakan tarif sebesar 145 persen, demikian disampaikan seorang pejabat Gedung Putih pada Kamis pekan ini.

Hal itu menuai balasan dari China dengan menaikkan pungutan pada produk AS menjadi 125% dari 84%.

“Bahkan jika AS terus mengenakan tarif yang lebih tinggi, itu tidak akan lagi masuk akal secara ekonomi dan akan menjadi lelucon dalam sejarah ekonomi dunia,” ujar Kementerian Keuangan China.

Sementara itu, Uni Eropa mengatakan, perwakilan dagangnya akan ke AS pada Minggu untuk mencoba dan menandatangani kesepakatan.

“Kita masih berada di babak awal perubahan rezim perdagangan global ini, dan meskipun jeda 90 hari pada tarif timbal balik untuk sementara membalikkan aksi jual pasar, hal itu memperpanjang ketidakpastian,” ujar Presiden Wells Fargo Investment Institute Darrell Cronk.

Adapun berikut tarif AS yang saat ini berlaku:

-Bea masuk 145% untuk semua barang dari China

-Bea masuk 25% untuk aluminium, mobil dan barang dari Kanada serta Meksiko yang tidak berada di bawah perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada

-Bea masuk 10% untuk semua impor lainnya

Pada pekan ini, wall street bergejolak tetapi tiga indeks utama mencatat kenaikan yang solid pada periode itu. Indeks S&P 500 membukukan kenaikan 5,7% selama sepekan, dan catat kinerja terbaik sejak November 2023. Indeks Nasdaq bertambah 7,3% selama sepekan, bukukan kinerja terbaik sejak November 2022. Indeks Dow Jones naik hampir 5% selama sepekan.

Wall street meski menguat tetapi rata-rata indeks acuan jauh lebih rendah sejak 2 April saat Gedung Putih mengumumkan apa yang disebut tarif timbal balik atas barang dari negara lain. Sejak saat itu, indeks S&P 500 turun lebih dari 5%. Angka sentimen konsumen terbaru pada April lebih buruk dari yang diharapkan. Menurut survei konsumen Universitas Michigan, tingkat inflasi yang diharapkan melonjak ke level tertinggi sejak 1981.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya