Liputan6.com, Jakarta - Langit sebagian besar wilayah Indonesia pada Kamis pagi (20/3/2025) diprediksi cerah, cerah berawan, dan berawan. Namun ada juga beberapa wilayah yang turun hujan dengan intensitas ringan. Seperti itulah prakiraan cuaca Indonesia hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengungkapkan cuaca di sebagian besar kota-kota Indonesia pada siang hari nanti diprakirakan bakal berawan, di antaranya Jakarta Pusat, Gorontalo, Ambon, Manokwari, Pekanbaru, Mamuju, dan Padang. Selain itu, wilayah yang akan cerah adalah Serang dan Yogyakarta.
Advertisement
Baca Juga
Namun tak sedikit kota-kota besar di Indonesia yang diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada siang nanti, seperti Bengkulu, Jambi, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda, Tanjung Pinang, Kupang, hingga Makassar.
Advertisement
Selanjutnya, malam hari nanti, cuaca Indonesia sebagian besar diprediksi berawan, cerah berawan, cerah, dan turun hujan berintensitas ringan di beberapa wilayah.
Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Banda Aceh | Cerah | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Denpasar | Hujan Ringan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Serang | Cerah Berawan | Cerah | Cerah |
Bengkulu | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Yogyakarta | Berawan | Cerah | Berawan |
Jakarta Pusat | Cerah | Berawan | Cerah |
Gorontalo | Berawan | Berawan | Berawan |
Jambi | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Bandung | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Semarang | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Surabaya | Cerah | Hujan Ringan | Berawan |
Pontianak | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Banjarmasin | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Palangkaraya | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Samarinda | Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Tarakan | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Pangkal Pinang | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Tanjung Pinang | Hujan Petir | Hujan Sedang | Hujan Petir |
Bandar Lampung | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Ambon | Berawan | Berawan | Cerah |
Ternate | Cerah | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Mataram | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Kupang | Berawan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Kota Jayapura | Cerah | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Manokwari | Berawan | Berawan | Berawan |
Pekanbaru | Berawan | Berawan | Berawan |
Mamuju | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Makassar | Hujan Ringan | Hujan Ringan | Hujan Ringan |
Kendari | Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Manado | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Padang | Berawan | Berawan | Berawan |
Palembang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Medan | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Indonesia 2025, Ini Penjelasannya
Musim kemarau 2025 diprediksi akan mengalami perubahan signifikan di berbagai wilayah Indonesia. BMKG memperkirakan puncaknya terjadi pada bulan Agustus, dengan sebagian besar wilayah mengalami kemarau yang datang lebih cepat dari biasanya.
Kondisi ini diperkirakan berdampak pada sektor pertanian, ketersediaan air, dan potensi kebakaran hutan. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah daerah perlu melakukan langkah antisipasi sejak dini.
Dirangkum dari situs resmi BMKG, puncak Musim Kemarau 2025 diprediksi akan sama hingga maju atau datang lebih awal dari biasanya. Fenomena ini berpotensi memengaruhi keseimbangan ekosistem dan aktivitas ekonomi masyarakat.
Advertisement
Kapan Kemarau 2025 Dimulai?
Musim kemarau di Indonesia tidak dimulai secara serentak di seluruh wilayah. BMKG memprediksi bahwa sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 57,7% wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau antara April hingga Juni 2025.
Wilayah Nusa Tenggara menjadi daerah yang diprediksi mengalami kemarau lebih awal dibandingkan dengan daerah lainnya. Sementara itu, beberapa wilayah lain akan memasuki musim kemarau pada waktu yang hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, ada juga 409 ZOM atau sekitar 59% wilayah Indonesia yang akan mengalami musim kemarau yang dimulai dengan waktu normal hingga lebih lambat dari biasanya. Ini menunjukkan adanya variasi dalam pola cuaca di seluruh negeri.
Puncak Musim Kemarau: Agustus Jadi Bulan Kritis
Menurut BMKG, puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada Agustus 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa suhu udara akan meningkat, dan curah hujan akan berada pada titik terendah.
Kemarau yang datang lebih cepat atau sesuai dengan prediksi ini dapat menyebabkan ketersediaan air yang lebih terbatas. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bersiap menghadapi kemungkinan kekeringan yang lebih panjang.
Di beberapa daerah, durasi musim kemarau bisa bervariasi, mulai dari hanya 2 bulan di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan, hingga lebih dari 8 bulan di wilayah tertentu di Sulawesi.
Dampak Kemarau: dari Kekeringan hingga Kebakaran Hutan
Musim kemarau yang panjang berpotensi menyebabkan berbagai dampak bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat. Salah satu dampak utama adalah meningkatnya risiko kekeringan yang dapat mengganggu pasokan air bersih dan pertanian.
Selain itu, curah hujan yang rendah juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan seperti Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran hutan ini tidak hanya berdampak pada ekosistem, tetapi juga berkontribusi terhadap polusi udara dan kesehatan masyarakat.
Dengan mengetahui potensi risiko ini, langkah mitigasi seperti pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien dan peningkatan sistem peringatan dini kebakaran perlu dilakukan sejak dini.
Bagaimana Cara Mengantisipasi Musim Kemarau?
Menghadapi musim kemarau yang lebih panjang, masyarakat dan pemerintah harus melakukan berbagai upaya mitigasi. Salah satu langkah utama adalah memastikan ketersediaan cadangan air dengan membangun embung atau waduk di daerah yang rawan kekeringan.
Selain itu, petani perlu diberikan edukasi mengenai teknik irigasi yang lebih hemat air dan memilih jenis tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi kering. Hal ini bertujuan agar sektor pertanian tetap produktif meskipun menghadapi musim kemarau yang lebih panjang.
Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya kebakaran hutan serta memperketat pengawasan terhadap aktivitas pembakaran lahan, terutama di daerah yang rawan mengalami kebakaran selama musim kemarau.
Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat?
Masyarakat memiliki peran penting dalam mengurangi dampak musim kemarau. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah menghemat penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan air berlebihan untuk mencuci atau menyiram tanaman.
Selain itu, kesadaran akan bahaya kebakaran hutan juga harus ditingkatkan. Masyarakat di sekitar hutan dan lahan gambut harus lebih waspada dalam menggunakan api dan segera melaporkan jika ada indikasi kebakaran.
Dengan persiapan yang matang dan kerja sama dari berbagai pihak, dampak negatif musim kemarau 2025 dapat diminimalkan. Masyarakat, petani, dan pemerintah harus saling bahu-membahu dalam menghadapi tantangan ini.
Advertisement
