China Buka Pintu Negosiasi Tarif Bareng AS, Ini Syaratnya

Dalam beberapa tahun terakhir, China menilai unilateralisme dan proteksionisme di AS meningkat secara signifikan. Hal ini telah menghambat jalannya kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.

oleh Winda Nelfira Diperbarui 10 Apr 2025, 15:33 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 15:33 WIB
20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - China melalui Kantor Informasi Dewan Negara merilis sebuah buku putih yang berjudul ‘Posisi China tentang beberapa isu yang berkaitan dengan hubungan ekonomi dan perdagangan China-Amerika Serikat (AS)’.

Dilihat Liputan6.com, buku putih ini dirilis pada Rabu, 9 April 2025. Dalam buku putih ini disebut bahwa China dan AS telah menjalin hubungan diplomatik selama 46 tahun.

Hubungan perdagangan dan ekonomi bilateral antara China-AS selama ini disebut telah berkembang dengan stabil.

"Volume perdagangan antara kedua negara melonjak kurang dari US$2,5 miliar pada 1979 menjadi hampir US$688,3 miliar pada 2024,” demikian informasi dalam buku putih tersebut, dikutip Kamis (10/4/2025). 

Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, China menilai unilateralisme dan proteksionisme di AS meningkat secara signifikan. Hal ini telah menghambat jalannya kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. 

“Sejak dimulainya gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS pada 2018, pihak AS telah mengenakan tarif pada ekspor China senilai lebih dari US$500 miliar,” katanya. 

Menanggapi perang tarif yang terjadi dengan AS belakangan ini, China dalam buku putih ini juga menyampaikan posisinya. China mengaku selalu konsisten dengan keterbukaan untuk berunding terkait tarif dengan AS, namun dengan syarat, dialog mesti dilakukan dengan saling menghormati satu sama salin. 

“Sepanjang sengketa perdagangan ini, posisi China tetap konsisten, perselisihan harus diselesaikan melalui dialog berdasarkan kesetaraan dan manfaat bersama,” demikian keterangan dalam buku putih. 

Dalam buku putih itu China menilai, langkah AS yang terus-menerus menaikkan tarif terhadap barang-barang China sebagai upaya menekan bisnis China. Oleh sebab itu, China mendesak AS untuk memperbaiki sikapnya dan membatalkan semua tarif unilateralis serta menghentikan pemaksaan ekonomi. 

 

Pintu Negoisasi Terbuka

Sidang parlemen tahunan China bertajuk 'Dua Sesi' meliputi Sidang Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) dan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) secara paralel mulai digelar.
Sidang parlemen tahunan China bertajuk 'Dua Sesi' meliputi Sidang Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China (CPPCC) dan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) secara paralel mulai digelar. CPPCC dibuka lebih awal di Balai Agung Rakyat, Beijing pada Selasa (4/3/2025). (Liputan6.com/Winda Nelfira)... Selengkapnya

Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri China yang menegaskan, China tidak ingin terlibat dalam perang perdagangan. Disebutkan bahwa pintu negosiasi tetap terbuka, tetapi tidak dalam kondisi tekanan ekstrem atau intimidasi.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian misalnya, dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu, 9 April 2025 meminta agar AS dapat memperlakukan negara lain dengan setara dan penuh hormat jika ingin membahas soal tarif dagang.

Hal itu disampaikan Lin Jian setelah Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China mengumumkan akan memberlakukan tarif baru sebesar 84 persen terhadap barang-barang asal AS.

"Jika AS memutuskan untuk tidak peduli dengan kepentingan AS sendiri, China dan seluruh dunia bertekad melawan perang tarif dan perdagangan, respon China akan terus berlanjut sampai akhir," tambah Lin Jian.

Lin menyampaikan, penyalahgunaan tarif dan tekanan maksimal terhadap China dengan tegas bakal ditolak.

China, kata dia  tidak akan pernah menerima tindakan hegemonik dan intimidasi. 

"Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk merugikan kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan kami," kata Lin.

 

Trump Naikkan Tarif Impor China

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu, 9 April 2025 kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125%.

Mengutip CNBC International, Kamis (10/4/2025) Trump mengatakan dalam sebuah postingan media sosial bahwa ia menaikkan tarif pada impor dari China menjadi 125% dan akan "berlaku segera".

China, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiga AS sebelumnya mengatakan akan menaikkan tarifnya untuk impor dari AS menjadi 84%.

Selain itu, Trump juga menurunkan tarif baru untuk impor dari sebagian besar mitra dagang AS menjadi 10% selama 90 hari untuk memungkinkan negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut.

75 Negara Negosiasi

Presiden AS mengatakan, lebih dari 75 Negara telah menghubungi pejabatnya untuk bernegosiasi setelah ia mengumumkan tarif impor baru minggu lalu.

"Yah, saya pikir orang-orang sedikit bertindak tidak semestinya," ujar Trump ketika ditanya kemudian tentang alasan menunda kenaikan tarif impor hingga 90 hari.

"Mereka mulai gelisah, Anda tahu, mereka mulai sedikit gelisah, sedikit takut," ucap Trump di Gedung Putih.

Dalam keterangan terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessett mengklaim bahwa Trump bermaksud untuk menghentikan tarif luas yang diumumkan pekan lalu.

"Ini adalah strateginya selama ini," ucap Bessent di Gedung Putih.

Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump.
Infografis Tarif Impor Ala Donald Trump. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya