Peringatan Kemerdekaan di Istana Dijaga Ketat

Pasukan antiteror, empat penembak jitu, dan sejumlah anjing pelacak disiagakan di sekitar kompleks Istana Merdeka. Mahasiswa di Yogyakarta menyoroti ketidakmampuan pemerintah membawa perasaan merdeka seutuhnya bagi rakyat.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Agu 2003, 08:49 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2003, 08:49 WIB
180803aHutRI.jpg
Liputan6.com, Jakarta: Upacara peringatan Kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Ahad (17/8), dijaga ketat menyusul teror yang belakangan marak terjadi. Pasukan antiteror, empat penembak jitu, dan sejumlah anjing pelacak disiagakan di sekitar kompleks istana. Komando Daerah Militer Jaya juga menerjunkan delapan satuan setingkat batalyon di segenap penjuru kota.

Rangkaian upacara peringatan Hari Ulang Tahun RI di Istana berjalan lancar. Upacara dihadiri sekitar 5.000 undangan. Semua mantan presiden yang diundang berhalangan hadir. Pada sore hari, digelar upacara penurunan bendera dengan memberi kesempatan bagi warga untuk menyaksikan dari luar gerbang istana [baca: Upacara Penurunan Bendera Dikawal Ketat].

Peringatan Hari Jadi RI di Medan, Sumatra Utara, juga dijaga ketat. Sekitar 5.000 polisi dan TNI-AD disiagakan di Lapangan Merdeka Medan saat berlangsung peringatan detik-detik proklamasi. Aparat pun menjaga 10 titik wilayah kota Medan. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan anggota Gerakan Aceh Merdeka menyusup dan meneror warga.

Di Yogyakarta, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Nasional (FMN) menggelar mimbar bebas mewakili kampus se-Yogyakarta. Mereka menyoroti ketidakmampuan pemerintah membawa perasaan merdeka seutuhnya bagi rakyat. Tepat pada pukul 10.00 WIB, para mahasiswa mengibarkan bendera Merah Putih di Bundaran Kampus Universitas Gadjah Mada dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setelah mengibarkan bendera, mahasiswa membacakan pernyataan sikap berjudul "Rakyat Indonesia Belum Merdeka".

Sementara hampir seluruh Rukun Tetangga di Jambi, menyelenggarakan sepak bola sarung. Karena peserta memakai kain sarung, setiap gerakan pemain selalu memancing tawa penonton. Permainan ini tidak dibatasi umur maupun teknisnya. Bahkan, waktu pertandingan yang biasanya 2x20 menit pun kerap dikompromikan dengan para pemain.

Berbeda dengan warga Palembang, Sumatra Selatan, yang memeriahkan Kemerdekaan Indonesia dengan lomba perahu tradisional bidar di Sungai Musi. Sebanyak 20 perwakilan dari kecamatan di Palembang turut serta. Lomba yang telah ada sejak ratusan tahun silam ini memperebutkan uang dan trofi.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya